6 Ribu Peserta Ikut Arak-arakan Dewa Dewi di Perayaan Imlek Makassar

ArHARIAN.NEWS, MAKASSAR – Setelah 11 tahun vakum, perayaan arak-arakan dewa Dewi digelar di Makassar Sulawesi Selatan dengan meriah.

Festival yang merupakan rangkaian dari perayaan Imlek ini menghadirkan arak-arakan spektakuler yang menampilkan 18 dewa dan dewi. Tak hanya berasal dari Makassar, partisipan juga datang dari Parepare dan Takalar, menandakan betapa eratnya budaya Tionghoa di wilayah ini.

Pantauan Harian.News, arak-arakan Dewa dipimpin langsung Dewa Kwan Kong dan 11 kelenteng lainnya, berjalan sepanjang jalan Sulawesi, melewati Sangir, hingga kembali ke jalan Sulawesi klenteng Kwang Berbagai pertunjukan, termasuk klenteng barisan terbanyak, yakni 1.300 pertunjukan naga dan barongsai dengan tarian kolosan.

Tak hanya itu, arak-arak Dewa dan Dewi juga dimeriahkan dengan barongsai.

Ketua DPRD Walubi Sulsel Henry Sumitomo mengungkapkan, festival tahun ini diikuti oleh sekitar 6.000 peserta yang turut berjalan dalam arak-arakan, belum termasuk para pendukung dan masyarakat yang menyaksikan.

Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan dengan perayaan 11 tahun lalu yang hanya melibatkan 5 klenteng. Tahun ini, ada 12 klenteng yang turut serta dalam perayaan, menunjukkan semakin besarnya antusiasme dan partisipasi komunitas.

“Dulu hanya ada 5 klenteng yang ikut serta, sekarang sudah 12. Ini menunjukkan bahwa Imlek semakin berkembang dan mendapat tempat di hati masyarakat,” kata Sumitomo.

Meski perayaan berlangsung meriah, Sumitomo mengingatkan bahwa masih ada tantangan yang perlu dihadapi, terutama dalam menjaga nilai-nilai budaya dan menyesuaikannya dengan dinamika global.

“Acara seperti ini juga memiliki tantangan tersendiri karena bersifat global. Kita harus tetap waspada dan bijak dalam menyelenggarakan festival ke depan,” tuturnya.

Perayaan Imlek tahun ini menjadi bukti nyata bahwa keberagaman di Sulawesi Selatan tetap terjaga dan terus berkembang. Dengan partisipasi ribuan orang dari berbagai daerah, festival ini tidak hanya menjadi ajang perayaan budaya, tetapi juga simbol persatuan dan toleransi yang semakin kuat.

Pj Gubernur Sulsel, Prof. Fadjry Djufry, menegaskan bahwa perayaan ini merupakan simbol keberagaman dan kebersamaan di tengah masyarakat Sulawesi Selatan.

“Tema yang diangkat dalam festival ini adalah keberagaman dan kebersamaan. Kita harus menjaga toleransi antaragama dan merawat perbedaan sebagai kekuatan. Provinsi Sulsel ini cukup besar, dan kita memiliki visi besar untuk membangunnya,” ujarnya.

Salah satu daya tarik utama dalam perayaan ini adalah arak-arakan 18 dewa dan dewi yang menjadi simbol spiritualitas dan penghormatan terhadap tradisi leluhur. Namun, pelaksanaannya tidak mudah karena harus melalui serangkaian ritual khusus sebelum bisa digelar.

“Acara seperti ini tidak bisa dilakukan sembarangan. Harus ada ritual dan persetujuan terlebih dahulu, jika belum disetujui, maka tidak bisa dilaksanakan. Itulah mengapa festival ini sangat langka,” jelas Prof. Fadjry.

Penulis: Nursinta

Baca berita lainnya Harian.news di Google News