Amir Uskara Ternyata Petarung

Hampir seluruh perjalanan hidup Amir Uskara berkutat di parlemen. Mulai dari DPRD Kabupaten Gowa, DPRD Propinsi hingga DPR RI. Lebih dari setengah perjalanan hidupnya didedikasikan di parlemen. Pria yang lahir 9 Desember 1965, sangat paham dan punya kemampuan “memelihara” konstituennya.
Tak ada pembangkangan oleh orang yang mendukungnya. Sebab dia selalu berupaya memberi perhatian kepada siapa saja yang telah berkontribusi dalam jenjang karier politiknya.
Amir Uskara, orangnya santun dan menghormati semua orang, tanpa pernah melihat apa strata sosialnya. Dengan bahasa yang sederhana, dia pandai merangkul lawan bicaranya. Seperti sama kita ketahui, bahwa untuk bertahan di jalur politik paling tidak harus punya bekal yang cukup. Baik itu knowledge maupun sentuhan jiwa dan pendekatan kultural.
AU singkatan dari nama Amir Uskara sangat mengerti apa yang dibutuhkan oleh konstituennya. Tidak melulu materi. Dengan pendekatan fisik dan bahasa yang dia nyatakan saat ini, serta perhatian khusus kepada konstituen yang tertimpa musibah, maka AU dan relawannya pasti akan turun dan membantu meringankan beban keluarga.
AU hadir pada saat yang tepat. Dia tahu momentum. Sehingga, apapun AU lakukan selalu mendapatkan respons positif. Dari perjalanan hampir tiga dasawarsa di parlemen dalam semua tingkat, AU dengan amat mudah melenggang ke parlemen.
Ada tiga alasan yang Saya lihat kenapa AU mendapatkan banyak dukungan, pertama, jaringan keluarganya bekerja. AU memberi perhatian besar kepada keluarganya. Tidak hanya memberi bantuan fisik-materi namun komunikasi yang dibangunnya selama ini membuat keluarganya selalu memberi dukungan maksimal,
kedua, AU punya jaringan terkoneksi baik dengan semua kalangan. Menjangkau lapisan masyarakat, mulai yang terdidik hingga mereka yang kurang beruntung atau kalangan masyarakat dengan tingkat ekonomi yang kurang. Dengan sifat sosialnya, tak membuat AU keberatan untuk mengulurkan tangan meringankan beban orang orang yang membutuhkan.
Ketiga AU punya gaya bahasa yang sederhana, santun dan pandai memikat hati siapapun yang dihadapinya. Hal ini merupakan salah satu kelebihan yang dimilikinya dan itu termanfaatkan dengan baik. Bahwa ada faktor penentu yakni kemampuan finansial, juga menjadi sesuatu yang mendukung performa AU dalam membawakan dirinya di tengah tengah masyarakat.
Tabe
Kata ini dalam bahasa Makassar adalah kalimat sapa yang dimaksudkan memohon izin, meminta sesuatu untuk diberi kepercayaan juga bisa bermakna adanya keterlibatan banyak orang untuk bersama sama melakukan sesuatu. Pemilihan kata Tabe, dalam arti etimologis, menunjukkan bahwa ada penghargaan, ada apresiasi yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain, pada saat yang sama, yang mendengar kata ini atau yang melihat dan menjadi objek dari kata ini, adalah adanya sikap saling menghargai dan saling memerhatikan.
Ada kepedulian timbal balik yang terwujud. Sehingga tertanam tali kasih dan silaturrahim yang terjalin kuat. Itulah kiprah AU selama ini yang disimbolkan sebagai politisi dari Sulawesi yang memiliki kemampuan dalam pergumulan politik nasional.
AU adalah sedikit orang dari Sulawesi Selatan yang konsisten untuk berada pada jalur politik dengan partai politik yang sama. AU bukan petualang tapi dia adalah pemain yang punya kelihaian serta andal memerankan diri dalam semua skenario politik yang terjadi dan melingkupi dirinya.
Salah satu keunggulan AU dalam berpolitik, tidak mau terjebak memberikan pukulan sepenuhnya kepada seseorang. AU pandai membaca arah angin. Sehingga, ia akan senantiasa berada di waktu yang tepat dan pada tempat yang sesuai.
Ujian Nyata AU
Tidak ada yang memungkiri kemampuan AU dalam memenej suara rakyat. Sudah terbukti dan teruji berulang kali. AU sudah pernah duduk dalam semua tingkat parlemen. Mulai dari DPRD Kabupaten Gowa, DPRD Propinsi Sulawesi Selatan dan DPR RI. Persaingannya sangat ketat. Harus melawan banyak kandidat lainnya. Beda halnya pada pemilihan kepala daerah, paling banyak lima hingga 6 pasangan calon. Itu pun jarang terjadi. Biasanya, dua atau tiga pasangan calon.
Sehingga bagi AU bukanlah persoalan sulit untuk mengelola persaingan itu untuk keluar jadi pemenang. Hampir semua ilmu tentang bagaimana cara memenangkan pilihan rakyat sudah diketahuinya. Selain punya pemilih setia yang cukup banyak, juga tahu cara menggaet perhatian pemilih untuk pada akhirnya memilih dirinya.
Bagi AU semua cara bisa dilakukan, tetapi tidak semua kemenangan harus diperoleh dengan cara yang salah atau curang. Meskipun ada yang mengatakan kemenangan adalah tujuan akhir sebuah kompetisi. Betapa pun cara yang ditempuh adalah bermuara pada keunggulan atas lawan.
AU dan pasangannya, seyogyanya lebih berhati hati. Walaupun mungkin ada kesamaan antara pemilihan di parlemen dan di eksekutif, yakni menang.
Namun suasana batinnya akan berbeda. Dalam pilkada, semua kemungkinan bisa terjadi. Tidak ada kepastian dalam pilkada melainkan apa yang diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum setempat. Bahwa ada sengketa yang mungkin timbul, semuanya berangkat dari data yang bersumber dari KPU.
Bahwa di lain pihak Panwaslu/Bawaslu mempunyai tugas melakukan pengawasan atas kemungkinan terjadinya pelanggaran untuk kemudian menilai bobot pelanggaran itu. Bukan menentukan siapa yang menang jika terjadi sengketa. Itu ranahnya Mahkamah Konstitusi.
AU tentu sudah mengikuti dengan saksama setiap perkembangan. Ketika AU akhirnya memutuskan untuk maju, bukan memajukan anaknya, sesungguhnya merupakan bukti bahwa AU adalah petarung. Yang selama ini orang meragukannya. Rupanya AU mengerti dan sadar bahwa dirinya yang dicap bukan petarung, sejatinya momentumnya yang belum tepat.
Kini saatnya pembuktian dirinya bahwa tidak ada sesuatu yang tidak dapat dicapai dan direngkuh, melainkan ada kesungguhan dan niat yang baik untuk menyatakan maju. Bahwa apa pun hasilnya, bukanlah kehendak kita semata, bukanlah atas dasar keinginan kita belaka, tetapi ada yang lebih menentukan, yakni Allah Maha Besar lagi Maha Bijak.
*Pemerhati Kepemerintahan dan Demokrasi
Baca berita lainnya Harian.news di Google News