Banjir Makassar 2025 Fenomena Baru: Tak Hanya Dipicu Hujan Lokal

Banjir Makassar 2025 Fenomena Baru: Tak Hanya Dipicu Hujan Lokal

HARIAN.NEWS, MAKASSAR – Banjir yang melanda Kota Makassar tahun ini memiliki pola yang berbeda dibandingkan tahun sebelumnya.

Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kota Makassar, Hendra Hakamuddin, menegaskan bahwa fenomena kali ini menjadi pembelajaran baru, khususnya bagi dirinya sebagai pimpinan BPBD.

Menurut Hendra, jika dibandingkan dengan tahun 2024 dan 2023, intensitas hujan yang terjadi di Makassar memang tergolong tinggi, bahkan dalam kategori lebat hingga sangat lebat. Namun, ada perbedaan mendasar dari pola hujan yang terjadi.

“Tahun lalu, hujan lebat dengan durasi panjang dan tanpa jeda menjadi penyebab utama banjir di Kota Makassar, ditambah dengan faktor air pasang. Tahun ini berbeda, hujan memang lebat tetapi durasinya terputus-putus. Secara teori, dengan pola seperti ini, banjir tidak seharusnya terjadi dengan dampak yang besar,” jelasnya, Kamis (13/2/2025).

Namun, faktanya banjir tetap terjadi, bahkan cukup parah di beberapa wilayah. Hal ini menunjukkan bahwa selain curah hujan di Kota Makassar sendiri, ada faktor eksternal yang turut berkontribusi terhadap tingginya genangan air.

Hendra menyoroti, salah satu faktor utama yang memperparah kondisi banjir, yaitu curah hujan tinggi di wilayah hulu. Debit air yang besar di Bendungan Bili-Bili akibat hujan deras di daerah sekitarnya menyebabkan bendungan mencapai kapasitas maksimumnya.

“Ketika daya tampung Bili-Bili sudah penuh, mau tidak mau air harus dilepaskan secara bertahap. Inilah yang memperbesar risiko banjir di Kota Makassar. Ini bukan soal siapa yang salah, tapi ini adalah bagian dari sistem alam yang perlu kita pahami dan antisipasi lebih baik ke depan,” ungkapnya.

Ia membandingkan situasi ini dengan kondisi di Katulampa, Bogor. Jika Bendungan Katulampa melepas air, dampaknya bisa dirasakan hingga ke wilayah hilir seperti Jakarta, bahkan bisa menyebabkan banjir di sekitar Istana Negara.

“Ini situasi yang mirip, dan kita harus belajar dari pengalaman ini,” tambahnya.

BPBD Kota Makassar menganggap kejadian ini sebagai pembelajaran penting dalam penanganan banjir ke depan. Selain terus memperkuat koordinasi dengan berbagai pihak, evaluasi sistem mitigasi dan respons cepat juga menjadi prioritas utama.

“Kita harus memahami bahwa banjir bukan hanya dipicu oleh curah hujan di kota ini, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi di daerah lain. Oleh karena itu, mitigasi harus lebih luas dan terintegrasi, bukan hanya fokus pada Makassar, tetapi juga memperhitungkan kondisi di daerah hulu,” jelas Hendra.

Ia juga menegaskan pentingnya kesadaran masyarakat dalam menghadapi risiko bencana.

“Kita semua harus siap menghadapi situasi ini. Ini bukan sekadar tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama,” tutupnya.

Penulis: Nursinta

Baca berita lainnya Harian.news di Google News