BPOM Raih Status WHO Listed Authority Setara USA, Taruna Ikrar Ungkap Bukti Peran Herbal pada Amputasi Tertua Dunia di Borneo Indonesia

BPOM Raih Status WHO Listed Authority Setara USA, Taruna Ikrar Ungkap Bukti Peran Herbal pada Amputasi Tertua Dunia di Borneo Indonesia

HARIAN.NEWS, SOLO – Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, Prof. dr. Taruna Ikrar, M.Biomed., Ph.D., disambut meriah oleh Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Prof. Dr. Hartono, dr., M.Si., bersama jajaran guru besar, dosen, dan ratusan mahasiswa Fakultas Kedokteran dalam kuliah umum, Jumat (5/11/2025).

Kuliah umum bertema ‘Sejarah Kedokteran Nusantara dan masa depan regulasi kesehatan Indonesia’.

Forum akademik yang berlangsung hangat dan penuh antusiasme itu berubah menjadi momen istimewa ketika Taruna menyampaikan dua kabar besar bagi dunia ilmu pengetahuan dan bangsa.

Dalam paparannya, Taruna membeberkan temuan arkeologi global yang mengubah peta sejarah kedokteran dunia, bukti tindakan amputasi berusia 31.000 tahun di Pulau Borneo.

Temuan ini menunjukkan pasien bertahan hidup bertahun-tahun selepas amputasi, sebuah capaian medis luar biasa pada era prasejarah.

“Keberhasilan itu hampir tidak mungkin tanpa kemampuan mengendalikan rasa sakit dan mencegah infeksi. Ini memperkuat dugaan bahwa herbal lokal digunakan sebagai anestesi dan antiseptik alami, jauh sebelum konsep kedokteran modern lahir,” jelas Prof Taruna.

Momen paling monumental terjadi ketika Taruna mengumumkan bahwa BPOM RI telah resmi meraih status WHO Listed Authority (WLA) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Predikat ini menempatkan Indonesia sejajar dengan otoritas regulasi global seperti U.S. FDA, menjadikan BPOM bagian dari kelompok regulator yang diakui dunia sebagai lembaga terpercaya dalam memastikan keamanan, mutu, dan efikasi produk kesehatan.

“Dengan WLA, Indonesia tidak lagi menjadi pengikut. Kita kini otoritas terpercaya dunia,” tegas Taruna disambut tepuk tangan panjang.

Status WLA diberikan kepada lembaga regulasi dengan sistem pengawasan, penilaian risiko, dan tata kelola yang terbukti kuat dan konsisten.

Taruna menegaskan bahwa pencapaian ini adalah tonggak sejarah bagi Indonesia dalam diplomasi kesehatan global.

“Ini menandakan sistem regulasi kita telah mencapai standar tertinggi dunia,” ujarnya.

Pada kesempatan itu, Taruna hadir bersama jajaran pimpinan BPOM, antara lain Ny. Elfi Taruna Ikrar ketua dharma wanita BPOM, Deputi II OTDSK Mohamad Kashuri, dr. Wachyudi Muchsin staf khusus BPOM, Dra. Asih Liza Restanti kelala biro umum BPOM Dr. Irwansyah Kepala Biro SDM BPOM, dan Kepala Balai POM Surakarta Muhammad Fajar Arifin.

Turut hadir pula Direktur RSUD Moewardi Solo, dr. Zulfachmi Wahab, SpPD, KHOM, Finasim, yang menilai paparan tersebut sangat relevan untuk memperkuat integrasi kedokteran modern dan herbal berbasis bukti ilmiah.

Menutup kuliah umum, Taruna menegaskan bahwa capaian WLA harus menjadi katalis percepatan riset herbal Indonesia.

Meski Indonesia memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman dan menjadi rumah bagi 70% tanaman obat dunia, baru 78 Obat Herbal Terstandar (OHT) dan 20 fitofarmaka yang memiliki bukti ilmiah lengkap.

“Warisan leluhur dari Borneo membuktikan bahwa bangsa ini pernah memimpin sains pengobatan dunia. Kini, dengan WLA, kita memiliki legitimasi global untuk kembali memimpin—berbasis ilmu, data, dan regulasi yang bermartabat,” pungkas Taruna.

Baca berita lainnya Harian.news di Google News