Cadangan Beras Tertinggi 57 Tahun, Mentan Pastikan Petani Tak Lagi Rugi

Cadangan Beras Tertinggi 57 Tahun, Mentan Pastikan Petani Tak Lagi Rugi

HARIAN.NEWS, JAKAARTA – Di balik setiap butir nasi yang terhidang di meja makan, ada keringat petani yang tak jarang terabaikan. Mereka bekerja dari fajar hingga senja, namun selama bertahun-tahun, hasil jerih payah itu sering kali tidak sebanding dengan kesejahteraan yang dirasakan.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyadari kenyataan pahit itu. Karena itu, ia menegaskan, pembenahan ekosistem perberasan nasional harus menjadi jalan untuk mengembalikan senyum para petani.

“Negara hadir untuk memastikan petani sejahtera, pedagang tetap untung, dan masyarakat bisa tersenyum. Mafia pangan tidak boleh lagi menguasai rantai perberasan kita,” ujar Amran dengan nada tegas, seakan mengirim pesan bahwa era lama penuh ketidakadilan harus diakhiri.

Luka Lama di Rantai Perberasan

Selama puluhan tahun, ekosistem perberasan nasional terjerat praktik curang: beras oplosan, permainan harga, dan dominasi segelintir pelaku besar. Para petani selalu berada di pihak yang kalah—hasil panen mereka ditekan harganya, sementara masyarakat harus membeli beras dengan harga tinggi.

Amran menyebut kondisi ini tidak bisa lagi dibiarkan. Baginya, menata ulang ekosistem perberasan bukan hanya soal teknis produksi, tetapi soal keberpihakan. “Petani adalah pahlawan pangan bangsa. Mereka tidak boleh lagi dibiarkan berjuang sendirian,” katanya.

Hasil Nyata Mulai Tampak

Langkah perbaikan yang ditempuh perlahan menunjukkan hasil. Serapan gabah oleh Bulog meningkat tajam dari 3.000 ton per hari menjadi 6.000 ton. Cadangan beras pemerintah pun menembus 4,2 juta ton—rekor tertinggi dalam 57 tahun terakhir. Angka ini bukan sekadar catatan statistik, melainkan simbol kekuatan negara dalam mengamankan pangan rakyat.

Kebijakan penyerapan yang lebih agresif menjaga harga gabah petani di kisaran Rp6.500 per kilogram, sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Imbasnya, Nilai Tukar Petani (NTP) pada Juli 2025 naik menjadi 122,64. Itu berarti, daya beli petani semakin membaik—sebuah kemewahan yang sebelumnya sulit mereka rasakan.

Pangan Stabil, Masyarakat Merasakan Dampak

Tak hanya petani yang merasakan perubahan. Melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), pemerintah berhasil menekan harga beras di 15 provinsi, termasuk Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Aceh, dan Sumatera Utara. Pasar tradisional kembali bergairah, penggilingan kecil yang dulu terpinggirkan kini mulai bernafas lega.

“Ini bukti bahwa pembenahan ekosistem perberasan tidak hanya menyelamatkan konsumen, tetapi juga membangkitkan semangat petani serta memberi ruang hidup bagi usaha kecil yang dulu terjepit dominasi pemain besar,” jelas Amran.

Menuju Kedaulatan Pangan

Dengan stok beras yang kuat, harga yang lebih terkendali, dan kesejahteraan petani yang terus meningkat, Amran optimistis Indonesia berada di jalur yang tepat menuju kedaulatan pangan.

“Petani tidak hanya memberi makan bangsa, mereka adalah pahlawan yang menopang kedaulatan kita. Karena itu, kesejahteraan mereka akan selalu menjadi prioritas utama pemerintah,” pungkasnya.

Baca berita lainnya Harian.news di Google News