Debat Pilkada Gowa: Masyarakat Tuntut Solusi Nyata di Balik Narasi Kompromi Paslon

HARIAN.NEWS, GOWA — Ribuan warga Gowa memadati area Hotel Claro Makassar sejak Selasa sore (15/10), untuk memberikan dukungan kepada pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati yang mereka jagokan.
Antusiasme warga terlihat tinggi menjelang debat perdana calon pemimpin Butta Gowa periode 2024-2029 yang dimulai tepat pukul 19.00. Fokus utama debat ini adalah peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.
Debat berlangsung normatif, dengan kedua pasangan calon (paslon) cenderung memberikan tanggapan yang kompromistis.
Setiap sesi debat, baik Paslon Nomor Urut 1, DR. H. Amir Uskara – Irmawaty Haeruddin (AuraMa’), maupun Paslon Nomor Urut 2, Husniah Talenrang – Darmawangsyah Muin (Hati Damai), sering menyatakan kesepakatan dengan rivalnya.
Kata “sependapat” kerap muncul dalam dialog mereka, menunjukkan bahwa debat ini lebih banyak memperlihatkan kesamaan pandangan daripada perdebatan sengit.
Ada empat sesi debat yang diatur oleh KPU dan panelis, yang membahas persoalan klasik di Gowa seperti kelangkaan pupuk, pengelolaan tambang yang kurang baik, kualitas pendidikan, lapangan kerja, kesejahteraan petani, layanan kesehatan, dan sengketa tanah.
Meski topik yang dibahas sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat, waktu debat yang terbatas membuat kedua paslon hanya menguraikan program secara konseptual tanpa mengelaborasi langkah konkret yang akan mereka ambil jika terpilih.
Waktu efektif yang digunakan untuk berdebat hanya sekitar satu jam, di luar jeda iklan dan istirahat. Hal ini mempengaruhi kedalaman diskusi, sehingga masing-masing paslon terkesan lebih banyak membahas rencana secara umum daripada memberikan solusi yang jelas dan rinci.
Meski demikian, kedua paslon berjanji akan menindaklanjuti keluhan masyarakat dan berupaya untuk memperbaiki kondisi yang ada di Gowa.
M. Fitriady, seorang akademisi asal Gowa yang mengikuti dua sesi debat melalui siaran langsung, menyatakan harapannya agar debat selanjutnya lebih terarah dan dinamis.
“Pengarah acara terkesan datar dan monoton, sehingga kedua paslon tidak bisa mengeksplorasi kapasitasnya dengan baik. Debat ini kurang menggigit dibandingkan debat Pilkada Gowa sebelumnya,” ujar Fitriady, yang saat ini tengah melanjutkan studi Ph.D di Malaysia National University.
Baca berita lainnya Harian.news di Google News