Di Forum WHO IRCH, Prof Taruna Ikrar Tegaskan 30 Ribu Herbal Indonesia Wariskan Untuk Kesehatan Dunia

Di Forum WHO IRCH, Prof Taruna Ikrar Tegaskan 30 Ribu Herbal Indonesia Wariskan Untuk Kesehatan Dunia

HARIAN.NEWS, JAKARTA – Indonesia kembali mencatat sejarah. Dalam forum bergengsi tingkat dunia WHO-International Regulatory Cooperation for Herbal Medicines (WHO-IRCH) ke-16 yang digelar di Jakarta, Kepala BPOM RI, Prof. Taruna Ikrar, menegaskan bahwa herbal adalah warisan peradaban Nusantara yang layak menjadi komoditas dunia.

Di hadapan delegasi dari 49 negara anggota WHO-IRCH, Taruna Ikrar menyampaikan pesan kuat bahwa jamu dan tanaman herbal Nusantara bukan sekadar tradisi turun-temurun, melainkan nilai luhur bangsa yang harus diangkat ke panggung dunia dengan standar ilmiah dan regulasi internasional.

“Herbal adalah warisan bangsa. Jika diolah dengan ilmu dan dijaga dengan regulasi yang bijak, ia akan menjadi komoditas dunia yang bermartabat. Indonesia siap memimpin,” tegas Taruna Ikrar dalam forum tersebut.

Indonesia memiliki lebih dari 30.000 spesies tumbuhan, dengan 9.600 di antaranya berpotensi sebagai obat herbal. Namun, produk herbal Indonesia yang berhasil mendapatkan pengakuan fitofarmaka dan standar internasional masih terbatas.

Hal ini menjadi pekerjaan besar yang kini mulai diakselerasi melalui kolaborasi Akademisi, Bisnis, Pemerintah atau Goverment (ABG) yang digagas Prof. Taruna selama memimpin BPOM.

Taruna Ikrar juga mengingatkan dunia bahwa peradaban herbal telah lahir dari tanah Nusantara jauh sebelum istilah farmasi modern dikenal. Ia menyinggung temuan arkeologis di Kalimantan mengenai praktik amputasi 31.000 tahun lalu yang diyakini menggunakan ramuan herbal, serta relief Borobudur yang menggambarkan proses pengobatan tradisional sebagai bukti bahwa Indonesia adalah bagian dari akar sejarah pengobatan dunia.

Dalam forum ini, Indonesia tidak hanya menjadi tuan rumah, tetapi juga menyuarakan agar regulasi herbal internasional tidak boleh mematikan kearifan lokal.

Standar global harus bersifat adil, memberi ruang bagi negara-negara pemilik kekayaan hayati untuk berkembang dan bersuara setara di meja diplomasi kesehatan dunia.

Prof. Taruna Ikrar menegaskan bahwa BPOM RI siap menjadi penghubung dan penjaga standar, memastikan bahwa produk herbal Indonesia tidak hanya lulus secara administratif, tetapi juga berdaya saing dari sisi mutu, keamanan, dan manfaat.

Dengan mandat regulasi nasional dan visi diplomasi kesehatan global, Indonesia tidak ingin hanya menjadi konsumen pasar herbal dunia, tetapi menjadi pusat rujukan global.

Taruna menambahkan ini menjadi penanda bahwa Indonesia tidak sekadar berbicara tentang warisan, tetapi tentang kebangkitan komoditas herbal yang berbasis ilmu, data, dan martabat bangsa.

Melalui forum WHO-IRCH ini, Indonesia mengirim pesan kepada dunia: warisan Nusantara bukan hanya untuk dikenang, tetapi untuk memimpin industri herbal dunia.

Baca berita lainnya Harian.news di Google News