Duta Besar Tunisia Jajaki Kerja Sama Strategis dengan BPOM RI: Perkuat Diplomasi Kesehatan dan Peluang Ekspor Farmasi Indonesia

Duta Besar Tunisia Jajaki Kerja Sama Strategis dengan BPOM RI: Perkuat Diplomasi Kesehatan dan Peluang Ekspor Farmasi Indonesia

HARIAN.NEWS, JAKARTA – Upaya memperkuat hubungan bilateral Indonesia – Tunisia di bidang kesehatan memasuki babak baru. Duta Besar Republik Tunisia untuk Indonesia, Mohamed Trabelsi, melakukan kunjungan kehormatan (courtesy visit) ke Kantor Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI), Jalan Percetakan Negara, Jakarta, Selasa (18/11).

Kedatangan Dubes Tunisia diterima langsung oleh Prof. dr. Taruna Ikrar, M.Biomed., Ph.D., Kepala BPOM RI, dalam suasana penuh keramahan dan semangat penguatan diplomasi kesehatan antarnegara.

Pertemuan berlangsung dengan fokus utama memperkenalkan peran strategis BPOM RI dan mendiskusikan peluang kolaborasi konkret yang dapat memperkuat sistem pengawasan obat dan makanan di Tunisia serta meningkatkan kelancaran perdagangan produk kesehatan Indonesia.

Dubes Mohamed Trabelsi menyampaikan ketertarikan Tunisia untuk mempererat hubungan institusional dan membuka jalur kerja sama teknis yang lebih sistematis dengan BPOM RI.

Sementara itu, Prof. Taruna Ikrar menegaskan komitmen Indonesia untuk membangun regulatory partnership yang memberikan manfaat langsung bagi kedua negara.

“Indonesia memiliki industri farmasi dan vaksin yang semakin kompetitif secara global. Melalui kerja sama ini, kita membuka peluang ekonomi yang sangat signifikan, bahkan bisa mencapai puluhan triliun rupiah seiring meningkatnya investasi, perdagangan, dan kolaborasi teknologi,” ujar Kepala BPOM RI.

Indonesia telah menunjukkan rekam jejak positif dalam ekspor industri kesehatan ke Tunisia. Salah satunya adalah Bio Farma yang telah mengekspor vaksin Pentabio dengan nilai ekspor mencapai USD 3.367.650.

Tunisia sendiri merupakan pasar yang sangat menjanjikan. Berdasarkan laporan EU–OECD tahun 2022 (“Promoting Investment and Business Climate Reforms in Tunisia’s Pharmaceutical Sector”), Tunisia masih menghadapi beberapa tantangan sektor farmasi, antara lain:

Jumlah industri farmasi yang terbatas, riset dan pengembangan obat yang belum optimal.

Situasi ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk memperluas akses produk farmasi, obat-obatan, dan vaksin ke pasar Tunisia.

Dalam pertemuan tersebut, BPOM RI menawarkan sejumlah bentuk kerja sama teknis yang relevan dengan kebutuhan Tunisia, meliputi:

Berbagi pengalaman digitalisasi perizinan, termasuk sistem e-registration yang telah mempersingkat waktu dan meningkatkan transparansi proses registrasi obat di Indonesia.

Penerapan konsep regulatory reliance, memungkinkan regulator Tunisia menggunakan keputusan BPOM RI untuk mempercepat persetujuan produk Indonesia yang akan masuk ke pasar Tunisia.

Pengembangan kapasitas SDM, melalui program pelatihan di BPOM terkait registrasi obat, inspeksi fasilitas produksi, pengawasan obat, serta pengujian laboratorium.

Selain itu, BPOM RI juga menegaskan kesiapan untuk mendukung Tunisia dalam reformasi kebijakan obat, penguatan laboratorium, dan peningkatan sistem pengawasan obat dan makanan.

Pertemuan ini menjadi momentum penting bagi kedua negara dalam membentuk framework of cooperation yang lebih terarah, sekaligus memperkuat diplomasi kesehatan Indonesia di kawasan Afrika Utara.

Taruna menegaskan bahwa kerja sama ini selaras dengan visi Presiden untuk memperluas pengaruh diplomasi ekonomi dan kesehatan Indonesia secara global, serta mendukung cita-cita Indonesia Emas 2045.

Dubes Tunisia menyambut baik seluruh peluang yang ditawarkan BPOM RI dan menyampaikan komitmen penuh untuk segera menindaklanjuti kerja sama dalam bentuk dialog teknis antar-regulator.

Pertemuan ditutup dengan pertukaran cenderamata dan penyusunan agenda kerja sama tahap awal yang akan dibahas lebih lanjut dalam pertemuan teknis mendatang.

Baca berita lainnya Harian.news di Google News