Guru yang Dikorbankan, Legislator Perempuan dari Gowa yang Menyelamatkan

Guru yang Dikorbankan, Legislator Perempuan dari Gowa yang Menyelamatkan

Oleh: Mustamin Raga

HARIAN.NEWS, GOWA – Ada secercah harapan yang datang dari arah tak terduga. Dua guru di Luwu Utara yang sempat viral karena dipecat oleh Dinas Pendidikan —bahkan sempat dipidana hanya karena membantu guru honorer—akhirnya terselamatkan. Bukan oleh sistem yang seharusnya melindungi mereka, bukan pula oleh birokrasi pendidikan yang kaku, tetapi oleh tangan seorang legislator perempuan yang tak ingin berpangku tangan.

Dialah Andi Tenri Indah, Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan asal Kabupaten Gowa, sekaligus Ketua Komisi yang membidangi pendidikan. Ia turun tangan bukan karena sensasi, melainkan karena hati nurani. Dalam senyap, ia mengetuk banyak pintu, menembus tembok birokrasi, hingga akhirnya membuka jalur komunikasi langsung dengan Presiden Prabowo Subianto.

Langkahnya tidak sederhana. Ia tahu betapa berlapisnya tembok yang memisahkan suara rakyat kecil dengan telinga kekuasaan. Namun keberanian dan ketulusan itulah yang menjadi kunci. Dengan memanfaatkan jalur partai—Gerindra, partai yang kini menjadi penguasa pemerintahan—Tenri Indah memfasilitasi komunikasi agar kasus dua guru itu bisa langsung sampai ke meja Presiden.

Dan hasilnya nyata. Presiden Prabowo Subianto turun tangan. Dua guru yang semula dihukum karena kejujuran akhirnya dibebaskan dari jeratan pidana dan diupayakan untuk dipulihkan martabatnya. Sebuah kisah langka di negeri di mana kebenaran sering kalah oleh kekuasaan, dan kejujuran kerap dipidana oleh sistem yang buta rasa.

Langkah Tenri Indah ini bukan hanya menyelamatkan dua guru. Ia menyelamatkan wajah kemanusiaan di dunia pendidikan yang mulai kehilangan nuraninya. Ia membuktikan bahwa kekuasaan, jika digunakan dengan hati, bisa menjadi jalan penyembuh, bukan alat penindas.

Banyak yang terkejut bagaimana seorang perempuan dari Gowa bisa menembus meja Presiden dalam kasus yang awalnya dianggap kecil oleh banyak pejabat. Tapi begitulah watak kepedulian: ia tak mengenal sekat jabatan, tak menunggu sorotan kamera. Ia lahir dari kesadaran bahwa di balik setiap guru yang dizalimi, ada generasi yang akan kehilangan arah.

Andi Tenri Indah, yang juga dikenal sebagai istri Wakil Bupati Gowa, Darmawansyah Muin, menunjukkan bahwa politik tidak selalu harus keras dan penuh ambisi. Politik bisa lembut, penuh empati, dan berdaya guna bila dijalankan dengan nurani. Ia menegaskan bahwa perempuan tidak sekadar pelengkap di kursi legislatif, tapi bisa menjadi jembatan penyelamat ketika sistem tak lagi berpihak.

Kasus dua guru di Luwu Utara ini adalah cermin betapa rapuhnya perlindungan terhadap tenaga pendidik di lapangan. Mereka yang tulus membantu justru dikorbankan oleh regulasi yang beku dan kekuasaan yang abai. Namun di sisi lain, kasus ini juga menjadi bukti bahwa masih ada harapan, selama masih ada sosok-sosok seperti Andi Tenri Indah yang berani berjalan melawan arus, bukan demi popularitas, tetapi demi rasa keadilan.

Sejarah kecil ini patut dicatat:
Ketika dua guru kehilangan pekerjaan dan hampir kehilangan masa depan, seorang perempuan dari Gowa hadir bukan membawa slogan, tapi membawa solusi.
Dan ketika negara seolah tuli, ia mengetuk pintu tertinggi—dan pintu itu terbuka.

Sebuah pelajaran berharga bahwa politik dengan hati nurani masih mungkin.
Dan perempuan, dengan keteguhan dan kelembutannya, kadang lebih berani dari seribu lelaki di ruang kekuasaan. ***

Baca berita lainnya Harian.news di Google News

Penulis : YUSRIZAL KAMARUDDIN