Hadiri Rakernas IAI di Makassar, Prof Taruna Ajak Industri Farmasi Nasional Tembus Pasar Global

HARIAN.NEWS, MAKASSAR – Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) di Makassar, 27–30 Agustus 2025. Acara ini menjadi momentum penting bagi profesi apoteker untuk memperkuat kompetensi sekaligus menyelaraskan peran mereka dalam tatanan kebijakan kesehatan nasional.
Kegiatan yang dilaksanakan di Hotel Claro ini dihadiri oleh Kepala Badan POM RI, Prof. Taruna Ikrar, bersama dengan sejumlah tokoh penting. Rakernas dan PIT IAI kali ini mengusung semangat memperkuat kontribusi apoteker terhadap pembangunan kesehatan Indonesia.
Dalam sambutannya, Prof. Taruna Ikrar menegaskan bahwa Rakernas dan PIT bukan sekadar agenda rutin, tetapi ruang strategis untuk memajukan ilmu kefarmasian.
“Ini adalah pertemuan luar biasa, bukan hanya skala nasional, tapi juga bagian dari kontribusi ilmu farmasi Indonesia di level global,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa bidang kefarmasian kini berkembang ke arah yang lebih spesifik, termasuk pemanfaatan bioteknologi.
Salah satu cabang penting adalah produk biologi yang terhubung dengan pengembangan medicinal product. Menurutnya, ini harus menjadi fokus pembahasan di PIT IAI tahun ini karena merupakan masa depan pengobatan.
“Terapi sel, terapi genetik, rekayasa DNA. Semua itu bukan lagi wacana, tapi realitas yang akan menjadi kunci penyembuhan penyakit-penyakit yang selama ini belum ada obatnya. Apoteker Indonesia harus siap berada di garis depan,” tutur Prof. Taruna.
Selain isu bioteknologi, Kepala BPOM juga menyoroti pentingnya gizi dan ketahanan pangan. Ia menyebut, persoalan kesehatan masyarakat tidak hanya berkaitan dengan obat-obatan, tetapi juga erat dengan pola konsumsi.
“Kalau kita bicara masa depan bangsa, kuncinya bukan hanya ekonomi, tapi juga kesehatan dan pemenuhan gizi. Ini sangat menentukan kualitas generasi mendatang,” tegasnya.
Lebih lanjut, Prof. Taruna menyinggung kesiapan industri farmasi nasional. Menurutnya, Indonesia tidak boleh sekadar menjadi konsumen obat global, melainkan harus menjadi pemain utama di negeri sendiri dan bahkan mampu bersaing di luar negeri.
“Ilmu farmasi kita berkembang pesat, tapi harus diikuti dengan industri yang kuat. Indonesia harus bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri sekaligus tamu terhormat di negeri lain,” katanya.
Untuk itu, BPOM berkomitmen mendukung iklim investasi dan inovasi di sektor farmasi. Dukungan ini mencakup kebijakan yang mempermudah pengembangan riset, sertifikasi, hingga percepatan produksi obat-obatan baru.
“Kami ingin menciptakan iklim yang kondusif agar teknologi kefarmasian bisa berkembang pesat di Indonesia,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya membangun reputasi produk farmasi Indonesia agar mampu bersaing di pasar global. Salah satu strategi yang sedang dikejar adalah menjadikan Indonesia sebagai WHO listed authority, setara dengan lembaga otoritas obat di Amerika dan Eropa.
“Jika Indonesia sudah diakui sebagai WHO listed authority, produk farmasi kita bisa dipasarkan bebas ke seluruh dunia. Itu tekad kita, agar produk dalam negeri layak menjadi alternatif utama, bahkan di negara lain,” kata Prof. Taruna.
Rakernas dan PIT IAI 2025 diharapkan menjadi tonggak penting dalam memperkuat peran apoteker Indonesia, tidak hanya dalam pelayanan kesehatan, tetapi juga dalam riset, inovasi, dan pengembangan industri farmasi nasional. Dengan kolaborasi lintas sektor, Indonesia diyakini mampu menjadi pusat unggulan di bidang kefarmasian modern.
Baca berita lainnya Harian.news di Google News