Kegaduhan Berdemokrasi dan Korupsi, Sakitnya Tuh di Sini!

Kegaduhan Berdemokrasi dan Korupsi, Sakitnya Tuh di Sini!

HARIAN.NEWS – Bulan Ramadan penuh berkah diwarnai oleh peristiwa politik yang riuh. Gugatan hasil Pemilu di MK masih intens dan berlangsung sampai saat ini. Proses demokrasi juga terkesan gaduh. Disiarkan melalui berbagai media, dumay (dunia maya) dan televisi.

Para aktor di balik peristiwa peradilan kuyup memperlihatkan perilaku compang-camping, baik dari sisi kinerja maupun etika. Situasi ini begitu ramai diperbincangkan dan menguras energi.

Di tengah kisruh peradilan, dipertontonkan lagi temuan mengenai korupsi 271 triliun. Terjadi sejak tahun 2015 hingga 2024, yang mengakibatkan negara mengalami kerugian dan kerusakan lingkungan berat. Diduga suami artis Sandra Dewi, Harvey Moeis dan 16 orang lainnya, terlibat kasus korupsi tata niaga komoditas timah di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah Tbk.

Kisah hidupnya bak negeri dongeng, menikah di Disneyland, liburan di Eropa, tinggal di rumah mewah yang luas seperti mal. Mirisnya, semua merupakan hasil mengeruk kekayaan di Indonesia secara tidak halal.

Rakyat yang masih nawar kalau beli beras di pasar geleng kepala membayangkan berapa itu satu triliun, sungguh membuat mereka kebingungan dan lelah. Mendapati dan dihadapkan pada berbagai peristiwa yang begitu mencengangkan, mau tidak mau pasti mengganggu pikiran. Menimbulkan tanya, kapan kemakmuran bagi seluruh rakyat terwujud. Menyadari ini, sakitnya tuh di sini.

Ruang korupsi terbentang lewat jalur kedekatan, permodalan ekonomi sosial lebih tinggi, kekerabatan maupun afiliasi pada kedaerahan. Rekam jejak dan mata rantai persekongkolan para mafia maupun calo seperti inilah yang rentan penyelewengan.

Kita semua sepakat korupsi adalah kejahatan berat, harus ditindak tegas. Merugikan bangsa dan negara. Koruptor sudah tidak takut dengan Tuhan, polisi maupun penjara. Yang paling ditakuti adalah menjadi miskin. Maka miskinkan mereka. Meski terdengar absurd efek jera wajib dicobakan, diterapkan.

Bangun konsensus baru di semua lini, lacak dengan sistem digital agar terdeteksi proses penambangan, pengolahan, penjualan serta pembayaran pajak dan royalti untuk menekan penyelewengan. Jalin silaturahmi dengan semua elemen bangsa. Tidak ketinggalan, semuanya harus transparan dan dapat dilihat oleh siapa saja, tidak terbatas hanya bisa diakses oleh auditor dan internal pemerintah.

Fenomena yang terjadi memaksa kita harus tetap bersabar dan bersyukur. Meski melelahkan mungkin ada pembelajaran, boleh jadi ada kebaikan di balik peristiwa itu. Orang yang bersabar dan bersyukur akan memilih mengingat hal hal yang baik dibandingkan yang menyakitkan. Terus berbenah agar masa depan Indonesia lebih bermartabat, diperhitungkan dan disegani oleh dunia internasional.

(PEMRED HARIAN.NEWS, IGA K)

Baca berita lainnya Harian.news di Google News