KORMI Memaknai Kota Mulia

KORMI Memaknai Kota Mulia

Oleh: Dr.Jamaluddin Jahid,ST.,M.Si
(Ketua Bidang Organisasi)

HARIAN.NEWS – Memasuki usia ke-418 tahun, Kota Makassar tidak hanya sekadar merayakan panjangnya garis waktu, tetapi juga merefleksikan esensi dari tujuannya berdiri: menjadi sebuah Kota Mulia.

Dalam perspektif urbanisme kontemporer, konsep “Kota Mulia” (Noble City atau Virtuous City) merujuk pada filosofi Aristoteles tentang polis yang bertujuan untuk mencapai “kehidupan yang baik” (eudaimonia) bagi warganya.

Ini adalah kota yang tidak hanya maju secara material, tetapi juga adil, beradab, dan memanusiakan. Kota Mulia adalah ekosistem yang memungkinkan setiap warganya untuk mencapai potensi tertinggi mereka, baik secara fisik, mental, maupun spiritual.

Namun, dalam praktiknya, pembangunan kota sering terjebak pada indikator materialistik penghasilan regional, infrastruktur megah, dan pertumbuhan ekonomi yang dingin. Di sinilah Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI) hadir dengan tawaran konsep “Kota Mulia” yang konkret dan aplikatif melalui lima pilar: Pro Health, Pro Tourism, Pro Education, Pro Sport Industry, dan Pro Culture.

Kelima pilar ini bukan sekadar slogan, melainkan sebuah kerangka holistik untuk merekonstruksi makna kemuliaan sebuah kota. Selain itu, pilar- pilar tersebut menegaskan bahwa KORMI tidak bergerak tunggal tetapi manunggal dengan berbagai pihak (dinas, swasta, dan ormas).

KORMI adalah organisasi keolahragaan nasional sebagai wadah satu-satunya yang menaungi, membina dan mengembangkan induk olahraga rekreasi masyarakat di Indonesia. KORMI Kota Makassar di era kepemimpinan Andi Ryan Andrianto selaku ketua umum telah menambah 18 anggota induk organisasi olahraga (INORGA) baru dari 8 anggota INORGA sebelumnya.

Beberapa kegiatan KORMI Kota Makassar yang telah di lakukan diantaranya: mengikuti festival olahraga nasional (FORNAS) di NTB dan membawa pulang medali yang signifikan, sosialiasi olahraga tradisional ke sekolah dan kampus UNM, melakukan monitoring dan evaluasi INORGA, rekrutmen anggota Inorga baru, serta melaksanakan Jambore 1 KORMI tahun 2025.

Olahraga sebagai Fondasi Kota yang Sehat dan Cerdas

Pilar Pro Health dan Pro Education adalah fondasi dari Kota Mulia. Sebuah kota tidak dapat disebut mulia jika warganya sakit-sakitan dan tidak cerdas. Olahraga masyarakat, mulai dari senam jantung sehat hingga komunitas lari, adalah strategi kesehatan publik yang paling efektif dan murah.

Ia adalah investasi preventif untuk menekan beban anggaran kesehatan daerah. Lebih dari itu, dalam kerangka Pro Education, nilai-nilai olahraga seperti disiplin, integritas, kerja sama, dan resilience adalah kurikulum karakter yang paling nyata bagi generasi muda.

Integrasi olahraga dalam pendidikan bukan untuk mencetak atlet semata, melainkan untuk membentuk citizen yang tangguh dan berakhlak, yang merupakan pilar utama dari sebuah kota yang beradab.

Merajut Identitas dan Ekonomi melalui Olahraga Tradisional

Di sinilah pilar Pro Culture dan Pro Sport Industry menunjukkan relevansi kritisnya. Olahraga tradisional seperti Ma’Raga (bermain bola takraw dari anyaman rotan) atau Mappadendang (balapan perahu) bukanlah sekadar warisan yang diawetkan. Mereka adalah living culture, simbol identitas kolektif masyarakat Makassar.

KORMI, melalui pendekatan Pro Culture, memiliki peran strategis untuk mentransformasi olahraga tradisional ini dari pertunjukan festival yang insidental menjadi bagian dari denyut nadi kehidupan urban. Sebuah lapangan Ma’Raga, Ma’dende’, dan Mangasing di tengah kota bukan hanya arena bermain, tetapi monumen hidup yang mengingatkan kita pada jati diri.

Transformasi budaya inilah yang kemudian beririsan dengan Pro Tourism dan Pro Sport Industry. Sebuah festival Mappadendang yang dikurasi dengan baik bukan hanya ritual, tetapi menjadi daya tarik wisata budaya dan wisata olahraga yang unik.

Event ini menciptakan ekonomi kreatif di sektor pariwisata, mulai dari akomodasi, kuliner, hingga pengrajin perahu. Inilah yang mendorong pro sport industry. Industri olahraga yang tidak hanya bergantung pada olahraga komersial, tetapi juga berbasis pada kearifan lokal.

Produksi alat olahraga tradisional seperti gasing, layang layang, engkrang, bakiak, serta pembuatan industri games olahraga tradisional dapat menjadi potensi ekonomi kerakyatan yang nyata.

Menuju Makassar yang Mulia dan Bermartabat

Akhirnya, di usia ke-418 ini, visi KORMI bukanlah visi yang sempit tentang pencapaian medali atau piala. Ia adalah sebuah grand strategy untuk memaknai ulang “Kemuliaan” Kota Makassar.

Dengan menjadikan olahraga sebagai bahasa universal yang menghubungkan kesehatan, pendidikan, budaya, pariwisata, dan industri, KORMI sedang membangun fondasi kota yang manusiawi.

Kota Mulia bukanlah tentang gedung yang menjulang, tetapi tentang masyarakatnya yang sehat jasmani dan rohani, cerdas, bangga akan budayanya, dan memiliki daya hidup ekonomi yang inklusif.

Dengan lima pilar ini, KORMI tidak hanya memperingati usia kota, tetapi aktif menuliskan babak baru kemuliaan Makassar yang sesungguhnya.

Baca berita lainnya Harian.news di Google News