Microsoft Akui Sediakan AI dan Cloud untuk Militer Israel: Bantah Sakiti Warga Gaza!

HARIAN.NEWS – Microsoft secara mengejutkan mengakui mereka menjual layanan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan komputasi cloud untuk militer Israel selama perang di Gaza dan membantu upaya untuk menemukan dan menyelamatkan sandera warga Israel. Namun mereka membantah AI yang disediakan dipakai untuk menyakiti warga Gaza.
Pengakuan tersebut diposting di situs web resmi Microsoft, dikutip Sabtu (24/5/2025).
Hal ini sekaligus menjadi pengakuan pertama Microsoft atas keterlibatannya dalam perang Israel melawan Hamas yang kini telah menyebabkan puluhan ribu warga Gaza meninggal dunia.
Pengakuan Microsoft ini datang tiga bulan setelah investigasi yang dilakukan The Associated Press (AP) yang mengungkap rincian kerja sama antara raksasa teknologi asal Amerika dengan Kementerian Pertahanan Israel, di mana penggunaan platform Azure dan teknologi AI oleh militer Israel mengalami peningkatan 200 kali lipat setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu.
Menurut laporan AP, militer Israel menggunakan Azure untuk menyalin, menerjemahkan, dan memproses intelijen yang dikumpulkan melalui pengawasan, kemudian diperiksa dengan sistem internal Israel berteknologi AI.
Sayangnya, dalam pernyataan yang dimuat pada Kamis (15/5/2025), Microsoft tidak merinci bagaimana tepatnya militer Israel menggunakan teknologinya. Mereka mengatakan hanya menyediakan perangkat lunak, layanan profesional, dan cloud Azure serta layanan Azure AI termasuk penerjemahan bahasa kepada militer Israel. Microsoft juga mengaku telah bekerja sama dengan pemerintah Israel untuk melindungi keamanan siber nasional dari ancaman luar.
Selain itu, Microsoft memberikan Israel akses khusus ke teknologi yang mereka miliki, dan memberi dukungan darurat terbatas sebagai bagian dari upaya untuk membantu menyelamatkan lebih dari 250 sandera yang ditawan Hamas.
Microsoft tidak merinci bagaimana mereka memberikan bantuan kepada militer Israel untuk membebaskan sandera atau langkah-langkah khusus untuk melindungi hak dan privasi warga Palestina.
Dikutip dari laman kumparan, Microsoft mengatakan, militer Israel seperti pelanggan lainnya terikat untuk mengikuti Acceptable Use Policy and AI Code of Conduct milik perusahaan yang melarang penggunaan produk untuk menimbulkan kerugian dengan cara apa pun yang dilarang hukum.
Dalam pernyataannya, Microsoft mengeklaim tidak menemukan bukti militer Israel melanggar ketentuan tersebut. Mereka juga tidak menemukan bukti platform Azure dan teknologi AI-nya digunakan untuk menargetkan dan menyakiti warga Gaza.
Selain Microsoft, militer Israel sendiri diketahui memiliki kontrak layanan cloud dan AI dengan perusahaan raksasa lain, seperti Google, Amazon, Palantir, dan beberapa perusahaan teknologi besar Amerika.
Baca berita lainnya Harian.news di Google News