Ricek sebelum Kegocek pada Pilpres 2024

Ricek sebelum Kegocek pada Pilpres 2024

Oleh: IGA KUMARIMURTI DIWIA 

 HARIAN.NEWS – Hidup bukan tentang apa yang dipikirkan, tapi tentang apa yang dilakukan. Sebelum mengerjakan sesuatu, sebelum membagikan tautan, wajib paham tentang apa pesan moralnya.

Persoalan akan panjang dan menimbulkan kerancuan apabila narasi dibangun seolah-olah kita benar, orang lain salah. Pilihan kata dalam tulisan digunakan untuk memberi makna. Tidak menggiring pada penghakiman. Adabnya harus benar, tepat dan lazim.

Diksi yang tidak tepat menyebabkan perbedaan makna dan lebih buruknya, pesan tidak tersampaikan.

Ibarat kata, “narasi “ adalah sebuah pertarungan nyata di dunia ini. Google layak diapresiasi, mengkampanyekan “ricek sebelum kegocek”. Jika diartikan, teliti sebelum tertipu. Mencocokkan kembali tentang benar tidaknya suatu perhitungan, pemberitaan maupun angka-angka dsb. Kita bersama-sama perangi hoax pada pemilu 2024. Memerangi hoax sama dengan mengentaskan kebodohan. Jalannya berliku, panjang, dan rumit.

Banyak pemberitaan di medsos yang menggiring opini, sangat mengkhawatirkan. Kemajuan teknologi informasi tidak dimanfaatkan dengan baik. Taktik memanipulasi foto, video, dan narasi marak digunakan saat pemilu dengan tujuan mempengaruhi emosi dan perspektif masyarakat luas.

Penting menjadi kritis dan cerdas terhadap konten yang beredar di media massa. Cek fakta terutama bagi pemilih muda dengan persentase sebesar 56 – 60%, mendominasi pada pilpres 2024.

Intinya pesan-pesan apapun terminologinya, agar masyarakat mengaktifkan semua indera, sehingga tidak salah pilih. Siapapun jagoannya, tetap seorang figur yang meyakinkan. Bisa memberi solusi bagi problematika hidup yang dihadapi masyarakat Indonesia, terutama persoalan ekonomi, kesehatan, pendidikan, serta rasa aman. Terbebas dari berbagai ancaman, baik dalam negeri maupun pihak luar.

Meminjam kata-kata bijak KH Ahmad Dahlan, seorang pemimpin umat menjadi teladan apabila ia sendiri menjadikan Allah teladan baginya.

Memasuki rangkaian pelaksanaan pemilu 2024, Menteri Kominfo, Budi Arie menilai kekacauan pemberitaan menjadi tantangan tersendiri, sebagai dampak dari pemanfaatan teknologi informasi. Hal ini dapat berbentuk disinformasi, misinformasi atau malinformasi sehingga harus diantisipasi.

Ia mendorong lembaga penyiaran menyuarakan pemilu damai, mengingat lembaga ini mempunyai tanggung jawab langsung dalam mendukung penyelenggaraan pemilihan presiden, pemilihan legislatif, dan pilkada serentak. Budi juga mengajak untuk meningkatkan literasi digital, sebagai langkah antisipatif, tidak begitu saja percaya apalagi menyebarkan hoax.

Keberhasilan negeri mewujudkan suksesnya perhelatan akbar dengan damai adalah indikator atau tolok ukur kedewasaan berdemokrasi.

Baca berita lainnya Harian.news di Google News