Teknologi yang Tidak Serakah Memerlukan Pengorbanan

Teknologi yang Tidak Serakah Memerlukan Pengorbanan

Momentum Kurban: Menguji Etika dan Pengorbanan dalam Inovasi

HARIAN.NEWS, MAKASSAR — Kita terlalu lama memandang teknologi dengan kacamata Barat. Dimana teknologi sering dianggap sebagai alat untuk menundukkan alam, mempercepat produksi, dan memperkuat kontrol manusia.

Sementara di Timur, teknologi bukan soal dominasi melainkan keterhubungan, cara hidup yang harmonis dengan lingkungan, alam dan manusia. Hubungan dengan teknologi mengandung nilai-nilai moral dan relasi sosial.

Di era globalisasi dan krisis iklim, bisakah kita membayangkan teknologi yang tidak serakah? Bukan sebagai alat eksploitasi.

Masa depan bukan tentang inovasi canggih tapi bagaimana kita mendasari teknologi pada kearifan lokal.

Pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang teknologi sangat membantu meningkatkan adopsi penggunaan teknologi yang ramah lingkungan, tidak merusak ekosistem, berkelanjutan digunakan dalam jangka panjang, menguntungkan masyarakat dan secara tidak langsung meningkatkan kualitas hidup.

Dalam kondisi gempuran teknologi yang riuh harus ada yang dikorbankan sebagai sisi kelamnya.

Ambil manfaat, minimalisir mudaratnya. Dalam memutuskan, butuh dosis kedewasaan, kecerdasan, dan kearifan.

Momen Idul Kurban menjadi relevan untuk mencapai sebuah keseimbangan di tengah hiruk pikuk persoalan bangsa yang terpantau berisik.

Bangsa ini terlalu besar untuk diseret-seret dalam lingkaran kekisruhan pemangku kepentingan.

Inovasi teknologi dari berbagai bidang fungsi dan urgensinya berbeda-beda. Bahkan ada penambahan dan pembaharuan. Tidak semua mutlak diterapkan, dikhawatirkan tumpang tindih antara yang satu dan lainnya.

Mengingat rantai terciptanya sebuah teknologi membutuhkan waktu relatif panjang dan rumit dan bahkan terkesan tidak berpihak pada alam dan manusia, bahkan cenderung memaksakan, pemerintah bersama masyarakat sendiri juga harusnya memikirkan bagaimana agar teknologi yang tidak serakah dapat diwujudkan.

Dimulai dari puncak kekuasaan agar terus mengedukasi, pendalaman melalui penelitian, berkolaborasi dengan pihak industri dan masyarakat.

Masyarakat juga harus menyiapkan diri, paling tidak mental siap belajar dan beradaptasi, sehingga rakyat tidak merasa dikorbankan dan dijadikan objek.

Butuh kesadaran bersama saling menguatkan, agar terjalin keterikatan emosi antara rakyat dan pemerintah. ***

Baca berita lainnya Harian.news di Google News

Halaman

Penulis : IGA KUMARIMURTI DIWIA (PEMRED harian.news)