Tetap Keren Pakai Baju Bekas Impor

HARIAN.NEWS – Daya tarik baju bekas impor sepertinya terus menguat bagi sejumlah konsumen dari pelosok sampai ke kota di Indonesia. Outfit ini lebih dikenal dengan istilah “thrifting”. Transaksinya pun bisa dibilang gak ada matinya. Uniknya, konsumen bukan hanya masyarakat kelas menengah kebawah, tetapi golongan orang mampu juga berburu.
Pasar busana dan aksesoris bekas terus meluas. Fenomena ini menunjukkan trend kenaikan signifikan. Popularitasnya dapat teridentifikasi lewat jejak digital di internet. Bahkan raksasa busana sekelas Zara dan H&M pun tergiur ikut bermain.
Tak segan kaum emak-emak terlihat mantengin, memonitor “Shopee Live” menunggu barang ber-merk. Apalagi di tanggal-tanggal yang sama atau kembar. Misalnya 2/2/24, 3/3/24 dst.
Karena ramah di kantong dan kualitasnya yang masih relatif bagus, baju bekas impor ini tidak mengenal musim.
Fakta di lapangan “Free love” di satu sisi punya kendala tersendiri, tidak semua barang yang dikirim berkualitas baik. Ada sebagian tidak layak pakai dan itu adalah tumpukan sampah. Berpotensi merusak lingkungan. Keren, tidak sekadar menggunakan barang ber-merk namun lebih kepada bijak memaknai cara mendapatkan atau azas berpakaian yang peduli kelangsungan hidup dan lingkungan. Tidak hanya untuk kepentingan sesaat, “bergaya” boleh saja keren memakai baju bekas impor pertimbangkan manfaatnya. Lebih baik atau lebih memprihatinkan.
Baju bekas impor ini sejatinya menjadi dua mata pisau. Bagi industri fashion yang harus terus memproduksi barang baru, produk bekas ini mengancam pasar. Namun bagi lingkungan, konsep reuse dapat diterapkan untuk mengurangi limbah pakaian. Pilihan akhirnya berada di tangan konsumen, jadilah smart buyer.
PENULIS: IGA K
Baca berita lainnya Harian.news di Google News