HARIAN.NEWS, MAKASSAR – Sejak 2024, kasus curian motor (curanmor) di Universitas Islam Negeri (UIN) Samata Gowa sudah tiga kali terjadi, terakhir Jumat lalu. Dialami Siti Rabiyatul Adawiyah (21) dari jurusan Tarbiah.
Padahal, di setiap titik atau fakultas, pimpinan kampus telah mengutus seorang security untuk melakukan pengamanan. Namun, curanmor masih kerap terjadi di area ini, bahkan menjadi sasaran empuk pelaku.
Dari penelusuran yang dilakukan harian.news, Rabu (29/5/2024) fasilitas kampus memang belum cukup aman bagi dosen atau mahasiswa yang berkendara di dalam kampus.
Baca Juga : RL Desak Polisi Usut Tuntas Aktor Uang Palsu di UIN Alauddin Makassar
Misalnya, mulai pintu masuk, penjagaan tidak maksimal. Memang ketika di gerbang kampus ada pos security yang dibangun, tapi setiap orang tetap bebas lalu lalang menjelajahi kampus.
Lalu, saat memasuki kampus, tidak ada CCTV yang dipasang dari pintu masuk menuju halaman kampus. Begitu pun di samping rektorat, ada pos security utma. Namun, juga tidak dilengkapi fasilitas CCTV.
Selanjutnya, di samping pos security utama, ada tempat parkir kendaraan, tapi juga tidak dilengkapi dengan cctv. Pihak kampus hanya menyerahkan tanggung jawab penuh kepada seorang security untuk mengecek seluruh kendaraan yang terparkir.
Baca Juga : Pasca Sindikat Uang Palsu Terbongkar, Rektor UIN Alauddin Janji Evaluasi Kinerja Security
Tak hanya itu, di gerbang keluar, pihak seciruty juga tidak melakukan pengecekan STNK dan semacamnya. Sehingga bisa dibilang, pantas saja UIN menjadi sasaran empuk curanmor. Penjagaan dan keamanan belum terealisasi secara maksimal.
Security: Penjagaan Belum Maksimal
Koordinator Security UIN Daeng Bantang saat ditemui harian.news, menyebutkan, keamanan kampus di UIN memang belum maksimal.
“Mulai dari pengecekan kendaraan, selama ini belum ada. Saya juga sudah usulkan tapi belum diACC,” ucapnya.
Baca Juga : Dapat Uang Palsu dari ATM tak akan Diganti, BI Sebutkan Nasib Penerima
Walau pengurusan keamanan ini lewat outsourcing, namun pihaknya tetap berani memberikan rekomendasi kepada kepala security untuk kemudian didiskusikan dengan pihak kampus.
“Karena kenapa, kami kan maunya aman, kalau aman kan enak. Tapi banyak juga yang bilang kalau dilakukan pengecekan akan macet, Jadi Saya diam saja,” bebernya.
“Pernah juga, Saya ajukan kalau kendaraan masuk pakai karcis. Jadi kalau keluar tinggal tunjukkan. Itu kan enak. Jadi, kapan tidak ada karcis keluar, harus diperiksa betul,” tuturnya.
Fasilitas Tidak Mendukung Keamanan Kampus
Baca Juga : Upal UIN Alauddin Makassar, BI Pastikan Sulit Menyamai Rupiah Asli
Untuk fasilitas pendukung keamanan, Daeng Bantang mengatakan kalau dulu pernah diaktifkan CCTV, namun lambat laun CCTV memang ada, tapi tak berfungsi.
“Yang berfungsi itu cuma di gedung-gedung. Kalau di jalanan atau di lapangan dan tempat terbuka lainnya di kampus tidak ada,” jelasnya.
Makanya lanjut Daeng Bantang, jika terjadi pencurian di dalam kampus, Ia dan rekannya tidak bisa mendeteksi. Sebab, dalam fakultas hanya satu security yang bertugas.
Jika dibandingkan dengan banyaknya kendaraan per fakultas, itu tidak bisa maksimal.
“Tidak mungkin juga kami setiap saat mengelilingi kampus. Kalau pun dikelilingi, pasti tidak bisa dijangkau semua,” ujarnya.
Selanjutnya, untuk memvalidasi ketidakmaksimalan penjagaan kampus, Daeng Bantang menjelaskan jumlah security yang berjaga di dalam kampus.
“Kalau security itu jumlahnya 46 tapi 11 orang berjaga di kampus UIN, selain di sini. Jadi sisanya tingga 35. Nah, yang 35 itu dibagi 3 shift lagi. Makanya, Kami kewalahan. dengan berapa puluh ribu mahasiswa yang berkendara di kampus,” terangnya.
Jadi Bulan-bulanan Mahasiswa
Dari fasilitas kampus yang tidak mendukung keamanan, Daeng Bantang mengaku sering menjadi bulan-bulanan mahasiswa ketika ada yang kehilangan kendaraan, atau helm bahkan ban motor kempes.
“Karena tidak ada CCTV dan penjagaan kurang maksimal, makanya kita tidak ada bukti. Jadi biasa kalau memang ada kehilangan larinya ke security. Dan kalau ada begitu, security yang disalahkan padahal fasilitas tidak dilengkapi. Kecurian selama kami ada, sudah 3 kali,” bebernya.
Terkait kehilangan motor yang dialami Siti Rabiyatul Adawiyah (21) dari jurusan Tarbiah, Daeng Bantang mejelaskan kalau kejadian itu di Rusunawa. Dan di sana adalah wilayah kantin. Memang tidak ada penjagaan apalagi CCTV.
(GITA OKTAVIOLA)
Baca berita lainnya Harian.news di Google News