WALHI Sulsel: Krisis Lingkungan Picu Lonjakan Bencana di Sulawesi Selatan

HARIAN.NEWS, MAKASSAR – Sulawesi Selatan semakin rentan terhadap bencana alam. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulsel menilai banjir dan longsor yang kerap terjadi di provinsi ini merupakan dampak dari daya dukung lingkungan yang semakin kritis.
Kepala Departemen Riset dan Keterlibatan Publik WALHI Sulsel, Slamet, mengungkapkan bahwa dalam satu dekade terakhir, jumlah kejadian bencana meningkat drastis hingga enam kali lipat.
“Pada tahun 2014, hanya tercatat 54 kejadian bencana di Sulawesi Selatan. Namun, pada 2024 angkanya melonjak menjadi 362 kasus. Selain itu, kerugian ekonomi yang diderita masyarakat akibat bencana tahun lalu mencapai Rp1,95 triliun,” ungkapnya.
Slamet menegaskan bahwa penyebab utama krisis lingkungan di Sulawesi Selatan adalah berkurangnya tutupan hutan akibat aktivitas pertambangan, alih fungsi lahan, dan penebangan liar. Saat ini, luas tutupan hutan di provinsi ini hanya tersisa 1,35 juta hektare atau 29,7 persen dari total wilayah, yang menurut WALHI sudah masuk kategori kritis.
Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) juga mengkhawatirkan. Dari 139 DAS yang ada di Sulawesi Selatan, hanya 38 DAS atau 27,4 persen yang masih sehat dengan tutupan hutan di atas 30 persen. Sebaliknya, 101 DAS lainnya atau 72,6 persen telah mengalami kondisi kritis.
“DAS yang semakin terdegradasi membuat kemampuan lingkungan untuk menyerap air hujan berkurang. Akibatnya, sungai-sungai meluap lebih cepat, memicu banjir dan longsor yang semakin sering terjadi,” jelasnya.
DAS Maros menjadi salah satu contoh nyata dampak deforestasi. Dalam 30 tahun terakhir, kawasan ini kehilangan lebih dari 1.000 hektare hutan.
“Secara hidrologi, hal ini menyebabkan sungai-sungai di DAS Maros dan Tallo meluap. Drainase yang buruk serta wilayah resapan air yang semakin terbatas juga memperburuk kondisi ini. Bahkan, luas hutan di DAS Maros telah menyusut 1.057,90 hektare dalam tiga dekade terakhir,” terang Slamet.
Kondisi ini mengindikasikan bahwa jika tidak ada langkah serius untuk menghentikan degradasi lingkungan, maka bencana di Sulawesi Selatan akan semakin parah. WALHI Sulsel pun mendesak pemerintah untuk memperketat pengawasan terhadap aktivitas yang merusak lingkungan dan mengembalikan keseimbangan ekosistem sebagai langkah mitigasi jangka panjang.
Penulis: Nursinta
Baca berita lainnya Harian.news di Google News