88% Sampah di Bulukumba Tak Tertangani, Sungai Jadi Korban

Brand Audit Sungai di Bulukumba: Relawan Desak Produsen dan Pemerintah Hentikan Polusi Plastik
HARIAN.NEWS, BULUKUMBA – Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni 2025, sebanyak 30 relawan lingkungan di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, melakukan aksi nyata dengan menggelar brand audit sampah plastik di tiga sungai besar: Sungai Bialo, Sungai Bijawang, dan Sungai Balantieng.
Aksi ini bertujuan untuk mendesak tanggung jawab produsen atas sampah plastik yang mereka hasilkan, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah Pasal 15, yang menekankan bahwa produsen wajib bertanggung jawab terhadap kemasan yang sulit atau tidak dapat diurai.
900 Sampah Sachet Ditemukan, 5 Produsen Dominasi Polusi Plastik
Dengan menggunakan metode transek sepanjang 100 meter di setiap lokasi, para relawan dari berbagai komunitas seperti Kebun Bersama, Ecoton, Siring Bambu, Komunitas Pemuda Desa Bialo, Relawan Gesit, SMKN 10 Bulukumba, dan MTsN Guppi Bontonyeleng berhasil mengumpulkan 900 sampah kemasan plastik jenis sachet.
Hasil audit menunjukkan lima produsen utama mendominasi pencemaran di masing-masing sungai:
Sungai Bialo :
* Wings (93 sachet)
* Indofood (29 sachet)
* Mayora (18 sachet)
* PT Mandiri Investama Sejati (18 sachet)
* PT Santos Jaya Abadi (16 sachet)
Sungai Bijawang :
* Wings (26 sachet)
* Mayora (17 sachet)
* Indofood (16 sachet)
* Garuda Food (10 sachet)
* Unilever (7 sachet)
Sungai Balantieng :
* PT Tanjung Sarana Lestari (122 sachet)
* PT Santos Jaya Abadi (37 sachet)
* Wings (26 sachet)
* Indofood (14 sachet)
* Nabati (13 sachet)
Relawan Desak Tanggung Jawab Produsen dan Regulasi Ketat dari Pemerintah
Relawan muda dari berbagai komunitas menyuarakan harapan agar produsen tidak lepas tangan terhadap limbah kemasan plastik yang mencemari lingkungan.
“Hari Lingkungan Hidup bukan soal seremoni, tapi aksi nyata. Ini langkah awal untuk menuntut produsen bertanggung jawab,” ujar Fadiatul Ramadani (24)dari Relawan Gesit Bulukumba.
Arwan Sarkasih (26) dari komunitas lingkungan Bialo menegaskan bahwa data audit akan segera diserahkan kepada Pemerintah Daerah Bulukumba untuk ditindaklanjuti.
“Kami berharap Pemda segera mengirim surat ke lima produsen terbanyak yang ditemukan di lapangan,” tegasnya.
Sampah Sungai Akibat Minimnya Fasilitas dan Sistem Pengelolaan
Menurut Aedil Faizin (26) dari Komunitas Siring Bambu, sebagian besar sampah ditemukan di bawah jembatan karena tidak adanya fasilitas pengelolaan sampah.
“Masyarakat membuang sampah ke sungai karena tak ada alternatif. Brand audit ini mendesak produsen untuk berinovasi, seperti mengganti kemasan dengan yang lebih ramah lingkungan,” ujarnya.
Fakta Mengejutkan: 88 Persen Sampah Tak Masuk TPA
Data dari Ecoton, lembaga yang aktif mengadvokasi isu lingkungan, menyebutkan bahwa Kabupaten Bulukumba menghasilkan sekitar 300 ton sampah per hari.
Jumlah ini dihitung berdasarkan konsumsi rata-rata nasional 0,68 kg/orang/hari dikalikan dengan jumlah penduduk Bulukumba sekitar 475 ribu jiwa.
Namun, hanya sekitar 12 persen (40 ton) yang tertangani oleh TPA Borongmanempa, sisanya sebanyak 88 persen sampah dibuang sembarangan atau dibakar, ungkap Firly Mas’ulatul Janah, peneliti dari Ecoton.
“Fakta ini menunjukkan betapa seriusnya persoalan sampah di Bulukumba. Sungai seharusnya nihil dari sampah jika mengacu pada **PP 22 Tahun 2021 tentang Baku Mutu Lingkungan,” tambah Firly.
Firly juga mendesak Pemda Bulukumba segera merancang Peraturan Daerah tentang Pembatasan Plastik dan menggandeng DPRD serta kepala desa agar seluruh elemen turut aktif dalam pengendalian sampah plastik.
Solusi Mendesak: Dorongan untuk Extended Producer Responsibility (EPR)
Brand audit ini menjadi bukti kuat bahwa tanggung jawab pengelolaan sampah plastik harus melibatkan produsen.
Pemerintah daerah didorong untuk memperketat pengawasan dan mendorong implementasi sistem Extended Producer Responsibility (EPR) sebagai solusi jangka panjang.
Dengan keterlibatan berbagai pihak, termasuk produsen, pemerintah, komunitas, dan masyarakat, diharapkan polusi plastik yang mencemari sungai dan lingkungan Bulukumba dapat ditekan secara signifikan demi masa depan yang lebih lestari. ***
Baca berita lainnya Harian.news di Google News