HARIAN.NEWS – Baru-baru ini putusan pengadilan tinggi Amerika Serikat menghentikan sementara kebijakan tarif trump, atau tarif pajak yang diberlakukan Presiden Donald Trump.
Namun hal ini lantas dibanding oleh pemerintah AS. Pengadilan Banding AS untuk Sirkuit Federal pada Kamis (29/5/2025) lantas mengabulkan upaya banding terhadap putusan tersebut, dan mengeluarkan perintah permanen Pengadilan Perdagangan Internasional untuk memberlakukan tarif Trump.
Dikutip dari laman republika, pengadilan banding memberikan waktu bagi para penggugat hingga 5 Juni untuk menanggapi putusan tersebut. Sementara pemerintah AS diberikan waktu hingga 9 Juni untuk memberikan balasan.
Baca Juga : Tarif 19 Persen dengan Berbagai Syarat dari As
Putusan-putusan yang saling bertentangan dalam 48 jam terakhir ini membuka kemungkinan terjadinya pertarungan hukum di Mahkamah Agung AS.
Sebelumnya, pada Rabu (28/5/2025), Pengadilan Perdagangan Internasional mengeluarkan putusan yang menghentikan pemberlakuan tarif yang diberlakukan Trump sejak 2 April terhadap sejumlah negara mitra dagang terbesar AS, khususnya China, Kanada, dan Meksiko.
Pengadilan tersebut menilai bahwa penggunaan Undang-Undang Kewenangan Darurat Ekonomi Internasional (IEEPA) oleh pemerintah untuk memberlakukan tarif tidak sesuai dengan hukum.
Baca Juga : Donald Trump Ancam Tarif Tambahan ke Negara BRICS, Deng Ical: Jangan Ganggu Prinsip Non-Blok
Para penggugat—penjual anggur VOS Selections dan empat perusahaan kecil lainnya—berdalih bahwa IEEPA tidak memberikan kewenangan kepada presiden untuk memberlakukan tarif.
Bahkan jika dianggap memberikan kewenangan itu, hal tersebut tetap melanggar Konstitusi AS karena Kongres-lah yang seharusnya memiliki kewenangan tersebut, bukan presiden, demikian argumen para penggugat.
Putusan sebelumnya telah menghentikan pemberlakuan tarif 30 persen untuk impor dari China, tarif 25 persen terhadap beberapa barang dari Kanada dan Meksiko, serta tarif 10 persen untuk sebagian besar barang yang masuk ke AS
Baca Juga : Amerika Serikat Serang Iran, Donald Trump Jadi Sorotan
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
