Feminisasi Kemiskinan

Feminisasi Kemiskinan

HARIAN.NEWS, MAKASSAR – Feminisasi kemiskinan merupakan kecenderungan meningkatnya jumlah perempuan yang hidup dalam kemiskinan, baik secara absolut maupun relatif, dibandingkan dengan laki-laki.

Fenomena ini menunjukkan adanya ketidakadilan gender dalam konteks kemiskinan, di mana kaum hawa lebih rentan dan terdampak secara lebih parah oleh ketimpangan finansial dibandingkan para pria.

Angka perceraian di Indonesia mencapai 30 persen. Setiap perceraian akan menimbulkan kemiskinan baru, karena akan ada anak dan ibu yang tidak diberi nafkah.

Menurut Menteri Agama RI, Nazaruddin, kondisi ini sangat berbahaya. Sang suami bekerja punya pendapatan, sementara beberapa wanita hanya ibu rumah tangga. Mereka menjadi semakin miskin dan jumlahnyapun semakin bertambah.

Satu tanda tanya besar fakta kita hari ini mengatakan, ketidakadilan penghasilan yang paling merasakan adalah kalangan perempuan.

Ia sering menghadapi diskriminasi dalam berbagai hal seperti dalam pendidikan, pekerjaan, dan akses ke sumber daya. Hak dan kodrat adalah dua hal yang berbeda. Jadi tidak bisa disamaratakan dengan bapak-bapak.

Secara alamiah kodrat perempuan pada dasarnya sebagai ibu yang melahirkan dan menyusui saja. Beban kerja domestik mencuci dan memasak dll bisa dikerjakan oleh suami, sehingga waktu dan energi mereka sama dalam mencari pekerjaan atau meningkatkan keterampilan.

Feminisasi kemiskinan memiliki dampak yang signifikan pada kesejahteraan dan keluarga mereka. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan kebijakan dan program yang bertujuan untuk mengurangi kemelaratan dan meningkatkan kesejahteraannya.

Pengendalian dari sisi kebijakan tentunya merupakan kewajiban pemerintah dalam persoalan ketimpangan ekonomi ini.

Dan sebagai lapisan kedua, pendidikan dan sosialisasi sebelum melaksanakan pernikahan bagi calon pengantin juga diharapkan berdampak positif mengurangi angka perceraian.

Yang terakhir, terpenting, dan paling memungkinkan untuk segera dilakukan adalah ilmu dari para orang tua terkhusus kepada anak cowok. Peran kaum adam dalam rumah tangga sangat krusial, ia yang tidak patriarki berkontribusi terhadap kebahagiaan perempuan dan anak-anak di dalam rumah tangga.

Pendidikan dasar ini diharapkan efektif untuk mengurangi fenomena feminisasi kemiskinan. ***

Baca berita lainnya Harian.news di Google News

Halaman

Penulis : IGA KUMARIMURTI DIWIA (PEMRED HARIAN.NEWS)