Cara Puasa Syawal 1446 H yang Benar, Niat dan Waktu Pelaksanaan

Cara Puasa Syawal 1446 H yang Benar, Niat dan Waktu Pelaksanaan

HARIAN.NEWS, JAKARTA – Setelah menyelesaikan ibadah puasa Ramadan, umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunah enam hari di bulan Syawal.

Berdasarkan kalender Islam, puasa Syawal 1446 Hijriah dapat mulai dikerjakan pada Selasa, 1 April 2025, sehari setelah perayaan Idul Fitri.

Keutamaan Puasa Syawal

Puasa Syawal memiliki keutamaan besar sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Siapa yang berpuasa Ramadan, kemudian diiringi dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR Muslim no. 1164)

Hadis ini menjelaskan bahwa seseorang yang menjalankan puasa selama Ramadan dan menambah enam hari puasa di bulan Syawal mendapatkan pahala seperti berpuasa selama setahun penuh.

Perhitungan ini didasarkan pada prinsip dalam Islam bahwa satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat pahala, sehingga puasa 30 hari di bulan Ramadan setara dengan 300 hari, dan tambahan enam hari di Syawal melengkapinya menjadi 360 hari atau satu tahun dalam kalender Hijriah.

Waktu dan Cara Pelaksanaan

Dai muda Sulsel, Ustaz Andy Satria mengatakan puasa Syawal boleh dilakukan secara berurutan maupun terpisah. Namun, pendapat yang lebih utama adalah melaksanakannya secara berturut-turut mulai dari tanggal 2 hingga 7 Syawal.

“Bagi mereka yang tidak bisa langsung berpuasa setelah Idul Fitri karena alasan tertentu, puasa ini tetap boleh dilakukan di hari-hari lain sepanjang bulan Syawal, asalkan tetap genap enam hari,”ucapnya via WhatsApp, Selasa (1/4/25).

Niat Puasa Syawal

Seperti ibadah lainnya, puasa sunah Syawal juga memerlukan niat. Berikut beberapa lafal niat yang bisa digunakan sesuai dengan cara pelaksanaan puasa:

1. Niat puasa enam hari secara berurutan (dilafalkan malam hari):

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سِتَّةٍ مِنْ شَوَّالٍ للهِ تعالى

(Nawaitu shauma ghadin ‘an adai sittatin min Syawwal lillahi ta’ala). Artinya: “Saya niat puasa pada esok hari untuk menunaikan puasa sunah enam hari dari bulan Syawal karena Allah Ta’ala.”

2. Niat puasa tidak berurutan (dilafalkan malam hari):

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ للهِ تعالى

(Nawaitu shauma ghadin ‘an adaa’i sunnatis Syawwal lillaahi ta‘ala). Artinya: “Aku berniat puasa sunnah Syawal esok hari karena Allah SWT.”

3. Niat puasa di siang hari (jika belum makan/minum sejak subuh):

نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لللهِ تعالى

(Nawaitu shauma hadzal yaumi ‘an adaa’i sunnatis Syawwaal lillaahi ta‘ala). Artinya: “Aku berniat puasa sunah Syawal hari ini karena Allah SWT.”

“Sebagai catatan, kewajiban niat sejak malam hari hanya berlaku untuk puasa wajib, seperti puasa Ramadan dan puasa qadha. Untuk puasa sunah, niat boleh dilakukan di siang hari asalkan belum makan atau minum sejak terbit fajar,” tutup ustaz Andy Satria.

Puasa Syawal merupakan amalan sunah yang sangat dianjurkan setelah bulan Ramadan. Selain menambah pahala, puasa ini juga menjadi bentuk penyempurnaan ibadah setelah Ramadan.

Dengan fleksibilitas waktu pelaksanaan, umat Islam dapat menyesuaikan puasa ini dengan kondisi masing-masing, baik secara berurutan maupun terpisah, selama masih dalam bulan Syawal. ***

Baca berita lainnya Harian.news di Google News

Halaman