Desa Salubulo, Sentra Kakao Terbesar di Mamasa yang Mulai Bangkit

Desa Salubulo, Sentra Kakao Terbesar di Mamasa yang Mulai Bangkit

MAMASA, HARIAN.NEWS – Desa Salubulo, sebuah desa di Kecamatan Bambang, Kabupaten Mamasa, yang sebelumnya dikenal terisolasi, kini tengah menjadi sorotan sebagai salah satu penghasil kakao terbesar di wilayah tersebut.

Berkat kepemimpinan Rintoris, Kepala Desa Salubulo yang baru menjabat dua tahun, potensi besar desa ini mulai tergali dan menunjukkan hasil yang menjanjikan.

Rintoris mengungkapkan, mayoritas warga Desa Salubulo adalah petani kakao dan kopi. Dalam panen terbaru, tercatat hasil kakao mencapai 35 ton, sebuah pencapaian tertinggi sepanjang sejarah desa ini.

Keberhasilan ini, menurut Rintoris, tak lepas dari dukungan para ahli yang didatangkan langsung dari Jawa.

“Ini kali pertama hasil panen mencapai 35 ton. Para ahli dari perusahaan di Jawa sangat membantu petani kami dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen,” ujar Rintoris saat diwawancarai pada Sabtu, 11 Januari 2025.

Namun, aksesibilitas menjadi tantangan utama bagi desa ini. Saat ini, hasil panen kakao hanya bisa diangkut menggunakan sepeda motor karena jalan desa yang sempit dan sulit dilalui kendaraan roda empat.

Untuk mengatasi hal ini, Rintoris bersama masyarakat telah menyepakati rencana pelebaran jalan desa dalam Musyawarah Desa (Musdes) tahun 2025.

“Kami fokus pada rintisan pelebaran jalan agar kendaraan roda empat bisa masuk dan memudahkan distribusi hasil panen. Selain itu, kami juga mengalokasikan 20 persen dari anggaran ketahanan pangan untuk kebutuhan kakao, seperti pupuk dan kapur,” jelasnya.

Desa Salubulo juga menunjukkan kemajuan signifikan dalam aspek sosial. Jumlah penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) turun drastis dari 49 orang tahun lalu menjadi hanya 1 orang tahun ini. Hal ini, menurut Rintoris, mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat akibat pendapatan dari hasil panen kakao.

“Sekarang tinggal satu penerima BLT, itupun karena kondisi mentalnya yang terganggu. Hasil panen kakao benar-benar membawa perubahan ekonomi di desa kami,” tambahnya.

Selain itu, Rintoris juga berhasil menurunkan angka stunting di Desa Salubulo. Dari 16 anak yang tercatat tahun lalu, kini hanya tersisa 5 anak yang belum lepas dari stunting. Meski begitu, ia mengakui tantangan masih ada, terutama akibat pernikahan dini.

“Kami optimis, dengan peningkatan hasil panen yang ditargetkan mencapai 40 ton tahun ini, kesejahteraan masyarakat akan semakin baik,” tutupnya.

Sebagai informasi, harga kakao saat ini berkisar antara Rp90 ribu hingga Rp110 ribu per kilogram, menjadikan komoditas ini sebagai peluang besar bagi petani untuk terus meningkatkan perekonomian mereka.

Desa Salubulo kini menatap masa depan cerah sebagai pusat penghasil kakao di Mamasa. ***

Baca berita lainnya Harian.news di Google News

Halaman

Penulis : ASWIN RASYID