Dulu Menyejukkan, Kini Malino Jadi Muram

Dulu Menyejukkan, Kini Malino Jadi Muram

HARIAN.NEWS, GOWA — Dulu sejuk, kini muram. Malino dan Malakaji, dua mutiara di dataran tinggi Gowa yang dulunya memesona dengan kabut dingin dan hijaunya hutan pinus, kini menghadapi ancaman nyata: kehancuran lingkungan yang masif dan nyaris tak terbendung.

Bukan rahasia lagi, suara-suara tentang kerusakan lingkungan di kawasan hutan lindung dan sekitarnya terus terdengar nyaring sepanjang tahun.

Namun, sayangnya, jeritan alam itu seperti diterbangkan angin—tanpa respons nyata dari mereka yang punya kuasa.

Dari pantauan eksklusif harian.news di Kecamatan Tinggimoncong dan Tombolo Pao, ditemukan fakta mengejutkan: ratusan hektare hutan pinus diambang kehancuran.

Praktik pengelolaan getah karet yang serampangan dan ekspansi pemukiman yang agresif menjadi dua aktor utama perusakan ini.

6000 Hektare Nyaris Musnah, Malino Tak Lagi Dingin

Di Desa Erelembang, hutan pinus seluas 6.000 hektare nyaris habis.

Ironisnya, setelah “sukses” mengekspolitasi kawasan ini, perusahaan yang mengelola proyek getah karet kini merambah wilayah lain di Kecamatan Tombolo Pao.

“Laporan dari mahasiswa dataran tinggi menyebutkan kondisi hutan Gowa sudah darurat. Perambahan liar, pengelolaan hutan yang melanggar aturan, serta pembangunan vila dan kavling ilegal di Tinggimoncong kian marak,” tegas Nawir Kalling, Ketua HMI Cabang Gowa Raya.

Lebih memprihatinkan, pihak-pihak yang semestinya bertindak—Departemen Kehutanan, Pemprov Sulsel, hingga aparat hukum—terkesan diam.

“Mereka bebas bergerak, seolah hukum ini hanya bualan. Jika aparat bungkam, kekuatan rakyat harus bangkit,” tegas Nawir.

Gowa Bisa Kehilangan Identitas Alamnya

Hilangnya pohon pinus yang membentang dari Gunung Bawakaraeng hingga Gunung Lompobattang bukan sekadar soal pemandangan.

Ini tentang identitas, sumber air, paru-paru hijau, dan daya tarik wisata yang menjadi andalan warga Gowa.

Kini, suhu Malino yang dulunya menusuk dingin tak lagi terasa. Hutan-hutan yang dulu menjadi penyaring udara kini hanya menyisakan batang-batang gundul dan tanah merah yang kering.

Bila tak ada aksi nyata, kisah Gowa yang asri hanya akan hidup dalam buku cerita anak-anak kita kelak.

Saatnya Bergerak: Selamatkan Hutan Gowa Sekarang Juga

Kerusakan hutan Gowa adalah alarm bagi kita semua. Jika tidak sekarang, kapan lagi?

Gerakan penyelamatan harus datang dari semua lini—pemerintah, masyarakat, aktivis lingkungan, dan media. Jangan biarkan mafia hutan mengubah Gowa menjadi tanah tandus tanpa warisan hijau.

Karena jika pohon terakhir tumbang, hanya kenangan yang akan tertinggal.***

Baca berita lainnya Harian.news di Google News

Halaman

Penulis : YUSRIZAL KAMARUDDIN