HARIAN.NEWS, MAKASSAR – Dalam upaya eliminasi malaria di Kabupaten Toraja Utara, Balai Labkesmas Makassar sukses menyelenggarakan kegiatan Uji Resistensi Vektor Malaria pada 1-6 September 2025.
Kegiatan tersebut bertujuan memantau sejauh mana resistensi nyamuk terhadap penggunaan insektisida yang digunakan masyarakat.
Berkolaborasi dengan instansi setempat, sejumlah Entomolog Kesehatan Balai Labkesmas Makassar menyasar Desa Saloso, Kecamatan Sopai sebagai lokasi pengambilan sampel untuk dilakukan pengujian.
Hasilnya, sebanyak 389 sampel nyamuk yang diuji menunjukkan angka resistensi 0,05% rentan 100% untuk insektisida jenis Deltametrin serta resistensi 5% rentan 98,75% untuk insektisida jenis Malathion.
Baca Juga : Gelar Forum Konsultasi Publik, Balai Labkesmas Makassar Bangun Koneksi
“Jumlah nyamuk yang didapatkan 389 ekor. Yang mana Anopheles barbirostris 223 ekor, Anopheles vagus 15 ekor, Culex sp 132 eko dan Armigeres sp 19 ekor,” ungkap Entomolog yang bertugas di lokasi, Nurhayati, S.Si Selasa (16/09/2025).
Selain itu, dirinya juga menambahkan terkait perindukan nyamuk.
“Survey jentik diperiksa 13 perindukan nyamuk. Terdapat 9 perindukan yang terdapat jentik Anopheles. Indeks Habitat yang didapatkan 69,23%,” lanjutnya.
Baca Juga : Kepala Balai Labkesmas Makassar Harapkan Program Berjalan Lahirkan Manfaat Bagi Kesehatan Masyarakat
Kegiatan Uji Resistensi Vektor Malaria di Kabupaten Toraja Utara ini merupakan bagian dari penguatan strategi dalam mengurangi kasus malaria di Sulawesi Selatan. Diketahui, hingga kini malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia.
Sementara itu, Kabupaten Toraja Utara merupakan salah satu dari beberapa wilayah di Provinsi Sulawesi Selatan yang belum mendapatkan sertifikat eliminasi malaria. Hal tersebut berda dengan Kabupaten Tana Toraja yang telah mendapatkan penghargaan dari Kemenkes pada 2023 lalu.
Adapun penggunaan insektisida pada rumah tangga merupakan metode yang diterapkan untuk menghindari gigitan nyamuk. Penggunaan insektisida yang dilakukan secara terus-menerus, dapat memicu terjadinya resistensi sehingga diperlukan kajian secara berkala untuk mengukur efektifitas penggunaannya.. ***
Baca Juga : Waspada: Kasus “Kencing Tikus” di Pangkep, Masyarakat Harus Sadar Kebersihan!
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
