Di Balik Gubuk Reot, Kisah Haru Keluarga Haeruddin dan Balita dengan Kelainan Fisik

HARIAN.NEWS, GOWA – Di tengah gencarnya program pengentasan kemiskinan ekstrem yang dikampanyekan pemerintah, masih saja ada keluarga yang luput dari perhatian.

Salah satunya adalah keluarga Haeruddin, warga Kampung Bontomanai, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Tak sampai setengah kilometer dari pusat kantor kecamatan, gubuk reot milik Haeruddin dan istrinya, Nurul Rezeki, berdiri di antara deretan rumah sederhana lainnya.

Namun, bukan hanya kemiskinan yang mereka hadapi. Ada duka mendalam yang membekas di hati pasangan ini: putra keempat mereka, Ishak Athari, lahir dengan kondisi kelainan fisik yang sangat langka dan kompleks.

Viral Karena Rumah Roboh dan Anak Balita Tanpa Kornea

Kisah keluarga ini mulai menyebar luas setelah seorang YouTuber dengan akun “12 Bang Medy” mengangkat kisah mereka dalam sebuah tayangan yang viral di media sosial.

Ishak Athari, bayi enam bulan dengan kondisi fisik langka, tertidur di gendongan ibunya ||harian.news@yusrizal

Saat angin kencang menerpa dan merobohkan gubuk mereka bulan lalu, publik baru menyadari penderitaan yang selama ini mereka sembunyikan.

“Anak kami tidak memiliki kornea mata, tidak ada lubang telinga, dan ada kelainan pada organ kelaminnya—terdapat empat buah testis,” tutur Nurul Rezeki, dengan suara bergetar sambil menggendong buah hatinya yang baru berusia enam bulan kepada harian.news Gowa saat menyambangi kediamannya, Minggu, 11 Mei 2025.

Pengobatan Terkendala Biaya dan Ketidakjelasan Medis

Haeruddin, yang sehari-hari menjadi juru parkir di Pasar Balang-Balang, mengaku telah membawa anaknya ke dua rumah sakit besar di Makassar—RSUP Wahidin Sudirohusodo dan RS Orbita.

Namun, hasil pemeriksaan berbeda. “Ada dokter yang bilang bisa dioperasi saat usia enam bulan, tapi yang lain sarankan tunggu sampai 10 tahun. Kami bingung dan takut salah langkah,” ujarnya.

Meski memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS), tidak semua biaya tertanggung. Biaya transportasi, obat tambahan, hingga pemeriksaan lanjutan masih harus ditanggung sendiri.

Sementara itu, bantuan dari pemerintah daerah belum juga menyentuh persoalan medis yang dihadapi mereka.

Pondasi Baru, Tapi Harapan Masih Rapuh

Berkat bantuan donasi dari netizen dan uluran tangan beberapa pihak, pondasi rumah baru mereka mulai dibangun.

Keluarga Haeruddin duduk termenung di atas pondasi rumah baru yang mulai dibangun ||harian.news@yusrizal

Namun, Haeruddin mengaku belum sekalipun mendapat bantuan resmi dari Pemkab Gowa.

“Pak Camat dan Pak Lurah sudah datang setelah viral, tapi belum ada solusi. Katanya anggaran tidak cukup,” imbuh Nurul.

Ironisnya, lokasi tempat tinggal mereka hanya selemparan batu dari pusat pemerintahan kecamatan.

“Program kemiskinan ekstrem gencar dikampanyekan, tapi keluarga kami tidak pernah terdata,” kata Daeng Paramma, kerabat Haeruddin.

;

Nestapa yang Membuka Mata Publik

Kisah Haeruddin adalah potret nyata bagaimana sebuah keluarga bisa terpinggirkan di tengah kemegahan janji-janji penanggulangan kemiskinan.

Ini bukan sekadar soal bantuan sosial, tetapi tentang bagaimana negara hadir di tengah rakyatnya yang paling rentan.

Kini, publik berharap agar pemerintah daerah, terutama Pemkab Gowa, tak hanya hadir dalam narasi, tapi juga dalam aksi nyata—mendampingi, mengobati, dan mengangkat kehidupan keluarga yang tertindas oleh keadaan.

Dukung Ishak Athari untuk mendapatkan pengobatan dan kehidupan yang lebih baik. Sebarkan kisah ini, karena satu suara bisa jadi harapan baru bagi mereka yang terabaikan.***

Baca berita lainnya Harian.news di Google News

Halaman

Penulis : YUSRIZAL KAMARUDDIN