HARIAN.NEWS, GOWA – Udara siang di Kabupaten Gowa mulai panas saat rombongan Duta Wisata Kecamatan Sanrobone tiba di pelataran Museum Balla Lompoa, Sabtu, 2 Agustus 2025.
Kedatangan mereka didampingi langsung oleh Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sanrobone, Ir Alauddin Daeng Dato, rombongan muda-mudi ini disambut hangat oleh pengelola museum.
Kunjungan ini bukan sekadar wisata biasa. Ini adalah langkah awal memperkenalkan generasi muda Sanrobone terhadap jejak panjang peradaban Gowa, yang pernah menjadi kerajaan besar di masa lampau.
Baca Juga : Dari Makkah ke Sulsel: Perjalanan Sejarah Alqur’an Tertua di Kerajaan Gowa
Setelah mengelilingi museum yang menyimpan berbagai peninggalan Kerajaan Gowa, para duta wisata juga melanjutkan perjalanan spiritual ke Makam Raja-raja Gowa di Jl Pallantikan. Di tempat ini, mereka melakukan ziarah, berdoa, dan merenungkan sejarah panjang para pemimpin terdahulu yang telah mewariskan nilai-nilai kepemimpinan dan kebudayaan.
Ketua Pokdarwis Sanrobone, Alauddin Daeng Dato, menyampaikan bahwa kunjungan ini merupakan langkah awal dalam rangkaian kegiatan pengenalan destinasi budaya dan religi di Butta Gowa.
“Ini kunjungan perdana kami bersama para Duta Wisata Sanrobone. Kami ingin mereka mengenal secara langsung kekayaan sejarah dan budaya Gowa. Tak sekadar lewat buku atau cerita, tapi mereka harus datang, melihat, dan merasakannya,” ujarnya.
Baca Juga : Museum Balla Lompoa, Menelusuri Sejarah Kerajaan Gowa di Tengah Modernisasi
Alauddin juga berharap, kegiatan ini menjadi inspirasi bagi kecamatan-kecamatan lain untuk melakukan kegiatan serupa.
“Anak muda kita harus dekat dengan sejarah, agar mereka bisa tumbuh dengan rasa memiliki terhadap warisan leluhur,” tambahnya.
Sementara itu, Daeng Tarru, penjaga Museum Balla Lompoa, mengapresiasi kehadiran para duta wisata muda tersebut. Menurutnya, kunjungan seperti ini membawa semangat baru bagi pelestarian museum yang selama ini menjadi ikon sejarah Gowa.
Baca Juga : Malam Final, Andi Jefri Tekankan Tanggung Jawab Duta Wisata Sinjai
“Kami sangat senang dan bangga. Sudah lama museum ini tak dikunjungi rombongan anak muda yang datang dengan antusias. Mereka bertanya banyak hal, mencatat, dan terlihat benar-benar ingin tahu,” ucap Daeng Tarru sambil tersenyum.
Ia pun berharap kunjungan ini bukan hanya sekali, tetapi bisa menjadi program rutin yang melibatkan lebih banyak komunitas dari berbagai kecamatan.
Senada dengan itu, budayawan yang juga pemerhati sejarah Gowa, Tenri Bali Daeng Pile, menilai bahwa kehadiran Duta Wisata Sanrobone menjadi angin segar bagi pelestarian nilai-nilai budaya lokal.
Baca Juga : Empat Mahasiswa Unibos Sabet Dua Prestasi Emas di Ajang Duta Wisata Kota Makassar
“Ini bukan soal kunjungan biasa. Ini bentuk regenerasi. Kalau anak muda sudah mulai datang ke tempat-tempat seperti ini, artinya harapan kita untuk menjaga jati diri daerah masih ada,” kata Tenri Bali dengan nada optimis.
Tenri Bali juga mengingatkan bahwa sejarah bukan sekadar narasi masa lalu, tetapi cermin untuk memahami arah masa depan.
“Mereka yang tahu sejarah, akan lebih bijak dalam melangkah ke depan. Duta wisata itu bukan cuma mengenalkan objek wisata, tapi juga menjaga ruh budaya yang melekat di dalamnya,” tegasnya.
Langkah kecil ini barangkali belum terlihat gaungnya. Tapi dari sinilah harapan ditumbuhkan: bahwa Gowa bukan hanya tentang masa lalu yang besar, tetapi juga tentang masa depan yang dibangun oleh generasi muda yang peduli. ***
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
