HARIAN.NEWS, MAKASSAR – Hari Raya Idulfitri merupakan hari kebahagiaan dan kemenangan umat Islam.
Bahagia karena bisa berkumpul dengan sanak keluarga, dan menang karena telah sukses melawan hawa nafsu selama berpuasa Ramadan.
Selain itu, Islam juga mengajarkan untuk mengisi hari lebaran dengan beberapa amalan sunnah. Karena dengan mengerjakan amalan tersebut, diharapkan Hari raya Idulfitri menjadi semakin sempurna.
Baca Juga : Lawatan Idulfitri, Pertemuan Prabowo-Megawati Berlangsung 1,5 Jam
Berikut beberapa amalan yang disunnahkan:
1. Shalat ied
Shalat Idulfitri hukumnya sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dikukuhkan). Bahkan, sebagian pendapat menyatakan fardlu kifayah (kewajiban kolektif).
Baca Juga : Momen Silaturahmi Idulfitri, IPPK Prov Sulsel Gelar Halal Bihalal
2. Mandi
Kedua, mandi.
Sunnah bagi siapa pun, laki-laki, perempuan bahkan wanita yang tengah haid atau nifas melakukan mandi Idufiitri. Kesunnahan ini juga berlaku bagi yang tidak menghadiri salat Idufiitri, seperti orang sakit.
Baca Juga : Apel Dirangkaikan Halal Bihalal, Dirut PDAM Makassar Semangati Jajaran Pasca Libur Idulfitri
Waktu mandi ini dimulai sejak tengah malam Idulfitri sampai tenggelamnya matahari di keesokan harinya. Lebih utama dilakukan dilakukan setelah terbit fajar (Syekh Sulaiman al-Bujairimi, Tuhfah al-Habib ‘Ala Syarh al-Khathib, juz 1, halaman 252).
3. Memperbanyak Bacaan Takbir
Salah satu syi’ar yang identik dengan Idul Fitri adalah kumandang takbirnya. Anjuran memperbanyak takbir ini berdasarkan firman Allah:
Baca Juga : Momen Mudik, PLN Laporkan Pengisian Kendaraan di SPKLU Naik 300 Persen
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ
Artinya: Dan sempurnakanlah bilangan Ramadhan, dan bertakbirlah kalian kepada Allah (QS Al-Baqarah: 185).
Ada dua jenis takbir Idulfitri. Pertama, muqayyad (dibatasi), yaitu takbir yang dilakukan setelah salat, baik fardhu atau sunnah. Setiap selesai salat, dianjurkan untuk membaca takbir.
Kedua, mursal (dibebaskan), yaitu takbir yang tidak terbatas setelah shalat, bisa dilakukan di setiap kondisi. Takbir Idufitri bisa dikumandangkan di mana saja, di rumah, jalan, masjid, pasar atau tempat lainnya. Kesunnahan takbir Idulfitri dimulai sejak tenggelamnya matahari pada malam 1 Syawal sampai takbiratul Ihramnya Imam shalat Id bagi yang berjamaah, atau takbiratul Ihramnya mushalli sendiri, bagi yang shalat sendirian.
4. Makan sebelum Berangkat salat Ied
Sebelum berangkat shalat Idulfitri. disunnahkan makan terlebih dahulu. Anjuran ini berbeda dengan shalat Idul Adha yang disunnahkan makan setelahnya. Hal tersebut karena mengikuti sunnah Nabi.
Lebih utama yang dimakan adalah kurma dalam hitungan ganjil, bisa satu butir, tiga butir dan seterusnya. Makruh hukumnya meninggalkan anjuran makan ini sebagaimana dikutip al-Imam al-Nawawi dari kitab al-Umm (Syekh Khathib al-Syarbini, Mughni al-Muhtaj, juz 1, halaman 592).
5. Berjalan Kaki Menuju Tempat Salat.
Berjalan kaki menuju tempat salat Ied hukumnya sunnah, berdasarkan ucapan Sayyidina Ali:
مِنْ السُّنَّةِ أَنْ يَخْرُجَ إلَى الْعِيدِ مَاشِيًا
Artinya: Termasuk sunnah Nabi adalah keluar menuju tempat salat Ied dengan berjalan (HR al-Tirmidzi dan beliau menyatakannya sebagai hadits Hasan).
6. Membedakan Rute Jalan Pergi dan Pulang saat Salat Ied
Berdasarkan hadits riwayat al-Bukhari, rute perjalanan pulang dan pergi ke tempat salat Ied hendaknya berbeda, dianjurkan rute keberangkatan lebih panjang dari pada jalan pulang.
Di antara hikmahnya adalah agar memperbanyak pahala menuju tempa ibadah. Anjuran ini juga berlaku saat perjalanan haji, membesuk orang sakit dan ibadah lainnya, sebagaimana ditegaskan al-Imam al-Nawawi dalam kitab Riyadl al-Shalihin (Syekh Khathib al-Syarbini, Mughni al-Muhtaj, juz 1, halaman 591).
7. Berhias.
Idulfitri adalah waktunya berhias dan berpenampilan sebaik mungkin untuk menampakan kebahagiaan di hari yang berkah itu. Berhias bisa dilakukan dengan membersihkan badan, memotong kuku, memakai wewangian terbaik dan pakaian terbaik.
8. Tahniah (Memberi Ucapan Selamat)
Hari raya adalah hari yang penuh dengan kegembiraan. Karena itu, dianjurkan untuk saling memberikan selamat atas kebahagiaan yang diraih saat hari raya.
Di antara dalil kesunnahannya adalah beberapa hadits yang disampaikan al-Imam al-Baihaqi, beliau dalam kitab Sunannya menginventarisir beberapa hadits dan ucapan para sahabat tentang tradisi ucapan selamat di hari raya.
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
