Tanpamu Aku Bukan Siapa-siapa

HARIAN.NEWS, MAKASSAR – Mengusung harmoni alam dan warisan budaya dalam perayaan “ Beautiful Malino Juli 2025”, adalah dua aspek saling terkait menuju keseimbangan yang dijaga untuk keberlangsungan hidup bersama.
Perhelatan akbar yang digelar, mencerminkan keanekaragaman dan kekayaan hayati berpadu.
Kemeriahan disana dibuat spektakuler, layaknya tuan rumah mengadakan hajatan, ramai, semarak dan banyak hiburan juga lomba-lomba ketangkasan.
Dibanjiri khalayak dan pengunjung yang akan menghabiskan waktu dalam cuaca dingin sambil disuguhi pemandangan alam yang indah. Penyelenggara juga mendatangkan penyanyi ibukota maupun penyanyi lokal, menampilkan tarian daerah, menyuguhkan makanan khas mengundang selera.
Di balik gemerlap pesta tahunan di tengah kawasan hijau Malino, ditandai dengan kemacetan di sepanjang jalan menuju lokasi. Ini merupakan momen tepat untuk menyelipkan sekaligus menyertakan ajakan untuk tetap menjaga alam dan budaya sebagai aset berharga yang harus dijaga.
Khawatir berbagai keburukan bisa saja terjadi akibat yang datang tumpah ruah ke titik keramaian, membuang sampah/plastik sembarangan, mengubah fungsi ruang tanpa izin dan sebagainya, beri sanksi bagi pelanggar kesepakatan langsung.
Semua akan menjadi tidak berguna jika tindakan konkrit tidak dilakukan. Tetap mengedepankan komitmen menyelamatkan lingkungan dari pengaruh buruk manusia. Promosi tentang kecantikan dan kemegahan Malino bisa jadi sia-sia akibat euforia jika abai tentang isu kerusakan alam.
Ada banyak hal yang dapat dilakukan melestarikan alam sebagai tanggung jawab bersama.
Yang terpenting pihak-pihak terkait tidak tutup mata dengan kritik sebagai masukan jadi lebih baik. Penebangan liar masih terus terjadi dan longsor yang bahkan sampai sekarang masih menjadi hambatan kelancaran lalu lintas menuju puncak pinus.
Juga aksi-aksi “pak ogah” mengutip sumbangan di lokasi bekas tanah longsoran dan jalan berlubang.
Naik ke puncak di perbukitan, akan mendapati bangunan berdiri kokoh dan permanen sebagai tempat berswafoto berlatar belakang Eropa dan ada lagi menghadirkan nuansa China (Sierra).
Miris ditilik dari ketinggian, menjulang bangunan di tengah-tengah budaya lokal tidaklah sesuatu yang patut dijadikan sebuah prestasi prestisius. Ada ketidakjujuran, berkiblat pada pesona diluar kearifan lokal.
Cukupkan sampai disitu saja, hentikan mendirikan tempat penginapan atau bangunan kokoh yang tidak memihak pada kebersahajaan penduduk asli disana demi memuaskan ego.
Kedepan, lahan-lahan produktif yang masih tersisa dikelola seperti apa hingga nanti tetap menjadi kebanggan, tidak dialih fungsikan masih menyatu dengan alam, bermanfaat bagi manusia sekitar dengan keelokan yang utuh, murni tidak terkontaminasi dengan pengaruh dunia luar.
Tidak semua hal tentang kelebihan dari potensi sebuah daerah menjanjikan perbaikan ekonomi semua kalangan sesuai harapan.
Ada masanya stagnan, berproses, namun bukan berarti tidak ada, hanya belum tergali. Mari sejenak membawa suasana kegembiraan dari sektor kuliner.
Jangan bilang Malino keren kalau belum mencoba cendolnya. Ini fakta bukan khayalan semu. Semua disediakan oleh Tuhan, dibentangkan di bumi agar kita menemukan sesuatu yang menghasilkan kreativitas dan bernilai ekonomis.
Kami memutuskan ke Malino cari cendol. Sebagai manusia biasa kami keliling ditengah sejuknya hawa disana dan selfie-selfie.
Secara tidak sengaja menjumpai penjual sedang meniris cendol yang sudah jadi, berbahan dasar tepung beras dengan pewarna daun pandan di Warung Ina, kami pun mampir memesan.
Santan belum siap namun teman-teman rela menunggu karena ingin sekali menegak cendol. Hari itu harus minum cendol apapun alasannya, seperti orang ngidam, tidak ada obat selain yang kita maui.
Sembari menunggu sambil melihat langsung dari dekat cara mengolah santan. Dipadu gula aren semakin menghasilkan paduan rasa di tenggorokan yang membangkitkan selera.
“Mamamia” ternyata cendol Malino sangat spesial, dari awal mencicipi sudah terasa nikmatnya, manis gula aren aroma pandan dipadu tekstur krim santan sangat bergizi dan memberi energi senang. Rasa ingin tambah terus.
Ternyata kunci enak bersumber dari bahan serba alami. Tadinya berpikir akan lama menunggu kelapa diparut bahkan sempat terlintas disajikan dengan santan kemasan, rupanya dengan cekatan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, santan murni sudah siap dengan bantuan blender.
Kealamian bahan sudah pasti merupakan salah satu faktor sensasi kenikmatan cendol Malino. Mengajarkan dan mengingatkan kita agar kembali ke alam. Sebenarnya semesta berjalan dengan ketetapan yang logis, semua karena sebab akibat.
Kenapa enak? Karena alam sudah menyediakan bahan dasar untuk diolah, jadi manusialah yang semestinya belajar dari fasilitas ketersediaan dari sang pencipta yang menyatu dalam keindahan dan cita rasa. Temukanlah dan teruslah mencari nikmat Tuhanmu. TanpaMu aku bukan siapa-siapa.
Sudah saatnya kita membiasakan diri menghadirkan wujud semesta melalui apa yang disediakan di muka bumi ini.
“Tanpa alam, aku bukan apa-apa.
Alam adalah jiwaku, tanpanya aku tidak lengkap.Kita menjaga alam, alam menjaga kita.Harmoni dengan alam, harmoni dengan diri sendiri.Alam memberi, manusia menjaga”.
Kalimat-kalimat tersebut untuk mengungkapkan rasa syukur dan kesadaran akan pentingnya menjaga dan hidup selaras dengan alam sebagai langkah antisipatif tanpa batas.
Meningkatkan kepedulian penting, namun akan lebih bermanfaat jika kualitas diri sebagai sumber daya, jadi kebutuhan paling dasar harus dipunyai. Memiliki kemampuan dan keahlian positif mutlak sebagai bekal kehidupan selanjutnya. Cerdas membaca peluang demi membangun diri yang harmoni.
Amanah yang diberikan kepada, Dr. Hj. Sitti Husniah Talenrang S.E. M.M., sebagai Bupati Gowa bersama Wabup., Ir. H. Darmawangsah Muin S.T., M.Si., merupakan tantangan tersendiri dalam menjaga kelestarian sumber daya alam Malino.
Stereotip gender, dianggap “tidak mampu membuat keputusan yang tepat dalam pelestarian alam” kurang dukungan penuh dari masyarakat atau pejabat yang ragu.
Stigma sebagai ibu, dianggap mungkin memiliki keterbatasan akses ke sumber permasalahan di lapangan. Sehingga memerlukan manajemen waktu dan energi yang efektif.
Pada dasarnya tidak ada perempuan tidak mampu, justru dialah sosok yang memiliki multi talenta lebih unggul dibandingkan laki-laki. Bisa mengerjakan lebih dari satu pekerjaan bersamaan. Keterampilan inilah yang dapat membantu dalam mengelola sebuah wilayah tetap terjaga alamnya.
Selaku pejabat di daerah bisa mengontrol, bertindak dengan pengetahuan bukan nafsu, bijak menjalankan program sembari piawai membagi waktu untuk rakyat juga keluarga.
Dengan kemampuan komunikasi yang baik, dapat membangun hubungan yang baik pula dengan masyarakat.
Sebuah bentuk kreativitas yang tinggi dalam mencari solusi untuk masalah perlindungan keanekaragaman hayati di alam. Terus mengasah kemampuan dan pengetahuan menggunakan pendekatan partisipatif sehingga masyarakat merasa dilibatkan dan merasa memiliki.
Membangun bersama melalui transparansi, akuntabilitas, dan kinerja yang baik serta paham teknologi AI yang mencengangkan.
Bersentuhanlah dengan hal-hal ajaib dari yang Maha gaib, karena tanpa kita tahu, bisa tiba-tiba memberi manfaat luar biasa. ***
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
Penulis : IGA KUMARIMURTI DIWIA (PEMRED HARIAN.NEWS)