HARIAN.NEWS, MAKASSAR – Universitas Bosowa (Unibos) kembali menambah deretan guru besar dengan dikukuhkannya dua profesor baru yang masing-masing berkiprah di bidang Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota serta Ilmu Ekonomi Pembangunan.
Keduanya, yakni Prof. Dr. Ir. Murshal Manaf, S.T., M.T., dan Prof. Dr. Thamrin Abduh, S.E., M.Si., resmi dikukuhkan dalam Sidang Senat Terbuka di Kampus Unibos, Makassar, Rabu (08/10/2025).
Dalam pidato pengukuhannya, Prof. Murshal Manaf, yang juga menjabat sebagai Ketua Program Studi S3 Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Unibos, mengangkat tema “Integrasi Moda Transportasi dan Tata Ruang Metropolitan untuk Transportasi Berkelanjutan di Indonesia.”
Baca Juga : Wisuda Unibos-Poltekbos 2025, Prof Batara Ajak Alumni Tak Hanya Cari Kerja tapi Ciptakan Peluang
Ia menekankan bahwa tema tersebut merupakan refleksi atas bagaimana sains dan teknologi dalam bidang perencanaan wilayah kota serta sistem transportasi dapat memberikan kontribusi nyata dalam menjawab tantangan pembangunan perkotaan berkelanjutan, baik di tingkat nasional maupun global.
“Transportasi perkotaan metropolitan masa depan tidak hanya menggerakkan ekonomi kota, tetapi juga memperkuat kohesi sosial dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” ujarnya.
Menurutnya, pembangunan transportasi berkelanjutan kini menjadi keniscayaan. Pembangunan transportasi, kata dia, tidak lagi cukup dengan memperbesar kapasitas jalan atau menambah jumlah kendaraan, melainkan harus dirancang sebagai sistem yang terintegrasi, efisien secara energi, mengurangi emisi karbon, dan selaras dengan tata ruang kota.
Baca Juga : KKN Tematik Unibos dan DLH Makassar Dorong Edukasi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan
Prof. Murshal juga menegaskan bahwa transportasi berkelanjutan akan membawa banyak dampak positif, antara lain peningkatan aksesibilitas dan inklusi, kualitas hidup yang lebih baik, mobilitas sosial meningkat, keselamatan lebih tinggi, serta produktivitas dan investasi yang tumbuh seiring terbukanya lapangan kerja baru di sektor transportasi dan pariwisata.
Sementara itu, Prof. Thamrin Abduh dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis mengangkat topik bertajuk “Strategi Internasionalisasi dan Penguatan Ekspor UMKM di Era Revolusi 5.0: Dari Daya Saing Lokal Menuju Daya Saing Global.”
Dalam orasinya, Prof. Thamrin menegaskan bahwa transformasi digital dan Revolusi Industri 5.0 harus dimaknai sebagai upaya memanusiakan ekonomi, bukan menghilangkan identitas lokal.
Baca Juga : Perluas Jejaring Nasional, Universitas Bosowa Gandeng UPN “Veteran” Yogyakarta
“Digitalisasi harus menjadi jembatan yang mempertemukan budaya lokal dengan pasar global. UMKM Indonesia tidak boleh berhenti di pasar domestik, tetapi harus hadir dan dihargai di panggung internasional,” tegasnya.
Ia mencontohkan, ketika kopi Toraja, tenun Sengkang, furnitur Jepara, dan hasil laut Sulawesi Selatan bisa menembus pasar Eropa, Amerika, dan Asia Timur, maka saat itu Indonesia berdiri tegak melalui karya, bukan sekadar angka ekspor.
Berdasarkan data BPS Sulawesi Selatan tahun 2024, nilai ekspor provinsi ini mencapai US$ 1,29 miliar dengan komoditas utama berupa rumput laut, kakao, nikel, udang, dan produk perikanan olahan. Negara tujuan ekspor terbesar adalah Cina (38%), disusul Jepang, Amerika Serikat, dan Belanda.
Baca Juga : Unibos Perkuat Jejaring Global Lewat Forum Kolaborasi Internasional di Palopo
“Keberhasilan ekspor UMKM tidak lahir dari kebetulan, melainkan dari ekosistem yang menumbuhkan inovasi, dukungan kebijakan inklusif, dan kolaborasi triple helix antara pemerintah, perguruan tinggi, dan pelaku industri,” jelas Prof. Thamrin.
Terpisah, Rektor Unibos, Prof. Batara Surya, menyambut baik penambahan dua guru besar tersebut. Menurutnya, hal ini bukan hanya memperkuat posisi akademik universitas, tetapi juga menjadi wujud kontribusi nyata bagi pembangunan ilmu pengetahuan di Indonesia Timur.
“Keberadaan banyak guru besar sejalan dengan komitmen Unibos untuk menjadi universitas riset yang berkontribusi pada pembangunan bangsa,” ujarnya.
Ketua Dewan Profesor Unibos, Prof. Dr. Ir. Andi Muhibuddin, M.P., menambahkan bahwa dengan pengukuhan ini, jumlah guru besar Unibos telah mencapai sekitar 30 orang, dan diperkirakan akan bertambah dalam waktu dekat.
“Proses menuju guru besar tidak mudah. Setiap dosen harus melalui uji kompetensi dan seleksi ketat di tingkat Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Inilah yang menjamin kualitas akademisi Unibos tetap sesuai standar nasional,” tandasnya.
Dengan pengukuhan dua profesor ini, Unibos menegaskan komitmennya sebagai perguruan tinggi yang dinamis, inovatif, dan terus melahirkan gagasan ilmiah untuk kemajuan bangsa.
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
