MAROS, HARIANEWS.COM – Sebanyak 10 perguruan tinggi swasta berkolaborasi dalam peningkatan SDM melalui workshop kurikulum dan rencana pembelajaran semester (RPS) yang dilaksanakan di kampus STAI DDI Maros, Senin (22/8/2022).
Ke 10 perguruan tinggi diantaranya STAI DDI Maros, STIA Abdul Haris Makassar, STAI Yapnas Jeneponto, STAI Al Bayan Makassar, STIBA Makassar, STAI Al Furqan Makassar, STIT DDI Pasangkayu (Sulbar), Institut Agama Islam Al-Amanah Jeneponto, STAI Rawa Aopa Konawe Selatan dan STAI Alfurqan Makassar.
Acara ini diselenggarakan oleh Asosiasi Perguruan Tinggi Keagamaan Swasta (APTIKIS) Indonesia, dengan narasumber
Dr. Hj. St. Syamsudduha, M. Pd. (Asesor APS Landik).
Baca Juga : Terjebak Macet Akibat Longsor, Mentan Amran Turun Jalan Kaki Hingga Terobos Banjir
Dalam pemaparannya, narasumber menyamakan persepsi terlebih dahulu soal kurikulum serta program pemerintah yakni Merdeka Belajar, Kampus Merdeka (MBKM).
Kurikulum adalah, kata Dr. Syamsudduha, seperangkat rencana dan pengaturan mengenai capaian pembelajaran lulusan, bahan kajian, prosen dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi (Permendikbud No 3 Tahun 2020).
“Jadi bukan sekedar penyusunan mata kuliah saja,” kata dosen di UIN ini memulai.
Baca Juga : Kampanye Dialogis di Maros, Azhar Dengar Masukan Soal Utang Pemprov: Rakyat Yang Menanggung
Lebih lanjutnya, saat ini bukan lagi bagaimana dosen mengajar dengan baik. Tapi bagaimana mahasiswa bisa belajar dengan baik. Melalui konsep outcome based education atau OBE.
Dimana OBE, pembelajaran berorientasi pada luaran adalah pendekatan sistem pendidikan dan metode pembelajaran dimana luaran menjadi fokus dan hasilnya dapat dilihat dari proses belajar.
“Misalnya prestasi mahasiswa diakhir perkuliahan dan lulusan. Jadi metode OBE menekankan kepada apa yang bisa dicapai setelah mahasiswa lulus mata kuliah,” katanya.
Baca Juga : Havid S Fasha di Maros: Saya Mengetahui Pak Azhar Komitmen Perjuangkan Rakyat
Fokus OBE adalah pertanyaan, kemampuan atau keterampilan apa yang diinginkan mahasiswa. Bagaimana usaha kita (tenaga pendidik) dalam membantu mahasiswa dalam mencapai tujuan. Bagaimana kita mengetahui bahwa mahasiswa sudah mencapai atau belum dan bagaimana kita melakukan usaha untuk selalu membuat perbaikan.
“Manfaatnya (OBE), kurikulum lebih terarah dan terorganisir. Lulusan lebih terarah kepada kebutuhan industri dan stakeholder. Serta penerapan continuous quality improvment (CQI),” paparnya.
Baca Juga : Kala Azhar Arsyad Terkesima Spanduknya Terpasang Rapi di Penjual Jagung
Pemateri juga memberi ilustrasi pembelajaran tradisional dan OBE. Seperti diketahui, tradisional adalah dosen/pengampu mengajarkan di kurikulum, laboratorium, dan sarana prasarana. Lalu proses belajar, dan lulus.
“Sementara OBE tidak hanya fokus pada input dan proses, tapi juga fokus pada pengukuran luaran, atau lulusan yang sesuai kebutuhan pasar,” pungkasnya.
Narasumber kemudian memberikan tahapan penyusunan kurikulum OBE. Mulai dari penetapan visi dari perguruan tinggi, lalu turun prodi hingga langkah persiapan penerapan MBKM pada mahasiswa dan mitra.
Workshop ini turut dihadiri dari Dinas Pendidikan Maros, Kemenag, Sekretaris Dewan Pendidikan Maros yang juga Ketua STIA Abdul Haris Makassar, Ismail Suardi Wekke, Ketua Yayasan STAI DDI dan Ketua STAI DDI Maros.
Baca berita lainnya Harian.news di Google News