Logo Harian.news

Angka 2 Kita Bawa Sulsel Lebih Maju

Editor : Redaksi Selasa, 24 September 2024 19:02
Ridha Rasyid
Ridha Rasyid

Oleh : M Ridha Rasyid

HARIAN.NEWS, GOWA – Pencabutan nomor urut baru saja usai. Andi Sudirman Sulaiman – Fatmawati Rusdi mendapatkan nomor urut 2. Ini pertanda baik. Angka 2 menunjukkan kerendahan hati dan sikap konsisten. Angka 2 juga bisa bermakna untuk lebih banyak berbuat untuk membawa Sulawesi Selatan lebih baik dan maju.

Juga bisa diartikan bahwa angka 2 menggambarkan adanya sikap untuk tidak menonjolkan diri tapi lebih banyak bekerja dan berbuat. Narasi tidak perlu banyak san bertele tele. Gagasan dan ide akan menjadi baik dan berarti bila bisa dibuktikan. Bagi Andi Sudirman Sulaiman, demikian pula Fatmawati Rusdi, bekerja jauh lebih baik dan dibutuhkan rakyat.

Baca Juga : Transaksional Dalam Demokrasi

Bahwa Angka dua itu adalah keniscayaan. Karena hanya ada dua kandidat. Maka kalau bukan satu pastilah dapat dapatnya 2. Dan Angka itu hanyalah simbol. Bukan segalanya. Kita tidak boleh berimanijasi tentang Angka. Apatahlagi menafsirkannya. Angka hanyalah simbol, petunjuk akan sesuatu. Angka bukanlah segalanya yang harus dinilai, melainkan perbuatan baik apa yang dapat dilakukan untuk rakyat

Pemilihan kepala daerah (pilkada) tidak saja dilakukan serentak tetapi juga jargon nya hampir serupa, pasti menggunakan kata “maju”. Mungkin di ambil dari kata “Koalisi Indonesia Maju” . Dari seluruh Propinsi, Kabupaten/Kota, visi dan misi niscaya diikuti kata maju. Kata maju sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ma·ju, berjalan (bergerak) ke muka; tampil ke muka. Telah mencapai atau berada pada tingkat peradaban yang tinggi cerdas, berkembang pikirannya, berpikir dengan baik

Dalam konteks Indonesia Maju, kata “maju” merupakan representasi dari Pancasila sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai ideologi negara, falsafah bangsa dan sumber hukum di Indoneaia, maka kata Maju dapat dimaknakan adanya perubahan ke arah yang positif, lebih berkembang dan terjadinya perubahan arah untuk menjadikannya lebih baik dari sebelumnya.

Baca Juga : DM : Loyalitas, Dedikasi, Bungkam Ambisi

Selain itu, partai politik pendukung nyaris sama yang terjadi pada pemilihan presiden. Seolah kerjasama yang terjadi di pusat juga seharusnya dilakukan di daerah.

Kesan ini yang mendominasi kerjasama politik pada pilkada kali ini. Bahkan menurut catatan Komisi Pemiihan Umum ada 43 daerah kabupaten/kota plus satu propinsi yang harus berhadapan dengan kotak kosong. Fenomena ini menjadi hal tidak terhindarkan.

Mengingat partai partai besar dan menengah justru menyatu mendukung satu pasangan calon saja. Meskipun ada putusan Mahkamah Konstitusi yang merubah ambang batas antara 10% hingga 6,5% dari jumlah pemilih, tapi nampaknya hal ini tidak memberi pengaruh besar.

Baca Juga : T A B E, Amir Uskara Pimpin Kabupaten Gowa

Selain DKI dan Sumatera Utara yang menjadi parameter keberlakukan putusan Mahkamah Konstitusi itu. Bahwa partai atau gabungan partai tanpa kursi di dprd yang meraih suara sampai batas tertentu itu dapat mengusung calon, tetapi kenyataannya tidak memberi pengaruh signifikan pada pola pencalonan yang sudah berlangsung sebelumnya.

Akhirnya, putusan MK ini sesungguhnya hanya merupakan “hiburan” politik yang tidak memberi ruang lebih leluasa kepada partai, kecuali jika ambang batas itu dijadikan 0% mungkin akan lebih ramai dan tidak perlu adanya calon independen.

Andi Sudirman Sulaeman (ASS)
Ketika pertama kali muncul namanya di percaturan politik Sulawesi Selatan pada tahun 2017 yang kemudian menjadi calon terpilih wakil gubernur Sulawesi Selatan berpasangan Prof Nurdin Abdullah (NA), banyak yang meragukan kemampuannya.

Baca Juga : Amir Uskara Ternyata Petarung

Bahkan, termasuk saya, memberi penilaian bahwa wakil gubernur kita ini tidak memahami pemerintahan. Saya di wawancara RRI Makassar bahwa ASS singkatan nama Andi Sudirman Sulaiman yang kerap di singkat Andalan, mengmentari bahwa ASS harus banyak belajar tentang pemerintahan maupun dalam mengarahkan organisasi perangkat daerah yang tentu baginya amat baru.

Tetapi kemudian saya memberi apresiasi bahwa ternyata ASS cepat cara belajarnya dan berupaya memahami apa yang seharusnya dia kerjakan. Kemudian, atas adanya kasus yang menjerat NA menghantarkannya untuk menjadi penjabat Gubernur hingga kemudian dikukuhkan menjadi gubernur definitif. Total waktu pelaksanaan tugasnya selaku gubernur lebih dari dua tahun.

Kebijakan yang ditempuhnya sangat baik. Selain tidak hanya sekedar menjalankan perintah gubernur, ketika masih ada NA, juga sangat memahami psikologi masyarakat di daerah akan pentingnya pemerataan pembangunan di semua wilayah di Sulawesi Selatan.

Walaupun masih terkesan utara sentris untuk menyebutkan dominasi pembangunan di Sulawesi Selatan bagian Utara dan Timur sementara bagian Selatan dan Tenggara tidak terlalu fokus, merupakan skala prioritas dengan memperhatikan kondisi di lapangan saat itu.

Maka, itu kemudian yang membuat masyarakat terkesan bahwa ASS ternyata punya kemampuan yang mumpuni untuk melanjutkan penyelenggaraan roda pemerintahan.

Bahwa ASS memiliki talenta kepemimpinan yang baik juga ditopang oleh aktivitasnya di bidang keagamaan. ASS sangat santun, punya etika yang baik serta menghormati semua orang dari pelbagai kalangan adalah salah satu faktor yang membuat ASS mendapatkan banyak dukungan masyarakat.

Pembawaan dirinya yang rendah hati (tawadhu) akan memudahkan dirinya untuk lebih menyelami apa yang dibutuhkan rakyat.

Di mana pemerintahan hadir untuk menjembatani pemenuhan kepentingan masyarakat. Dan yang terpenting adalah bagaimana pemerintahan itu dijalankan yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kata kata bijak yang pernah saya dengar dari ASS bahwa untuk melihat bagaimana seharusnya pemerintahan itu dijalankan , akan terlihat bagaimana masyarakat dalam kehidupan sosialnya mampu bekerjasama dan bergotong royong. Bahwa rakyat merasa bahagia dengan kepemimpinan yang ada dalam pemerintahan.

Mungkin ini pengertian amat sederhana, tetapi sesungguhnya punya makna dalam. Bahwa pemerintahan dan kepemimpinan dua hal dalam satu wadah yang harus saling bersinergi. Sinergi itu diwujudkan pada cara pemimpin merencanakan program, kebijakan dan kegiatan yang bermuara pada pelibatan secara aktif masyarakat untuk turut di dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

Ketika rakyat merasa arti kehadirannya ikut memberi kontribusi pada pemerintahnya, maka sesungguhnya rakyat merasakan arti keterlibatannya itu memberikan ruang untuk secara aktif melaksanakan apa yang menjadi kebutuhan, kepentingannya itu untuk selanjutnya dilaksanakan bersama sama oleh pemerintahnya.

Oleh karena itu, Andi Sudirman Sulaiman adalah representasi dari semua kalangan. Tidak saja oleh kaum milenial dan generasi z tapi juga dari kaum intelektual, terpelajar serta generasi sebelumnya untuk ikut terlibat aktif dalam memberikan warna kemajuan bagi Sulawesi Selatan ke depan.

Andi Sudirman Sulaiman punya komitmen untuk membawa Sulawesi Selatan lebih baik, lebih sejahtera, makmur dan berkemajuan. Andi Sudirman Sulaiman seyogyanya memaparkan kepada rakyat akan apa yang akan dilakukannya lima tahun ke depan, mengingat bahwa fondasinya sudah dia letakkan untuk selanjutnya dieksekusi, dilaksanakan sesuai skala prioritas yang ditetapkan.

Mungkinkah Luwu Raya?

Ini juga salah satu isu yang selalu hadir pada setiap perhelatan pemilihan gubernur di Sulawesi Selatan. Betapa tidak, ada tiga alasan mengapa pemekaran wilayah ini senantiasa menjadi perbincangan, pertama, bahwa dari sisi luas wilayah dan persyaratan administrasi lainnya terpenuhi.

Luwu Raya yang terdiri Kabupaten Luwu, Luwu Timur, Luwu Utara, Kota Palopo plus Toraja dan Toraja Utara ( katanya, akan menjadi bagian dari pembentukan propinsi) nampaknya berusaha untuk diakomodir.

Meskipun pemekaran wilayah ini dilakukan moratorium atau pembatasan untuk waktu tertentu dan didahului perlunya kajian lebih komprehensif merupakan salah satu kendala utama pembentukan daerah otonomi baru, kedua, bahwa ada persyaratan utama yang harus dipenuhi oleh propinsi induk untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan hingga tiga tahun, juga merupakan salah satu hambatan, dengan keterbatasan anggaran yang dipunyai propinsi induk, maka tentu saja harus membuat skala prioritas pembiayaan yang harus dialokasikan, ketiga, batas wilayah, penentuan kepemilikan sumber daya yang ada serta status kepemilikan aset juga menjadi bagian penting yang harus dipastikan keabsahannya.

Maka, pembentukan propinsi sebagai daerah otonomi baru selalu hanya hangat dibicarakan saat perhelatan politik kemudian itu menjadi sunyi sepi. Mungkin daerah yang lebih realistis untuk dimekarkan, dan itu sudah direncanakan lama, mungkin hampir empat dasawarsa lalu, sejak tahun 80an.

Yaitu Kabupaten Bone. Mengingat bahwa daerah ini sangat potensial untuk dikembangkan dan lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Dulu pernah terbentuk kota administratif yang membagi kewenangan antara pemerintah kabupaten dan walikota administratif.

Hanya berlangsung kurang lebih satu dasawarsa kemudian menyatu kembali dalam kewenangan pemerintah kabupaten serta menghapus kota administratif. Yang berhasil menjadi kota definitif yaitu kota Palopo.

Oleh karena itu, menghantarkan wilayah Luwu dan Toraja menjadi satu propinsi baru bisa saja menjadi diskusi berkelanjutan dan dapat diperjuangkan bilamana pemerintah pusat membuka ruang dengan mencabut moratorium pemekaran wilayah tersebut, sehingga nantinya dapat dipersiapkan langkah langkah komprehensif dan anggaran untuk menuju terwujudnya propinsi Luwu Raya itu.

Yang pasti, bahwa Andi Sudirman Sulaiman jika terpilih jadi gubernur atas mandat rakyat melalui pesta demokrasi pada 27 November 2024, akan menjadi momentum bersejarah untuk membuktikan asa rakyat Luwu dan Toraja menjadi satu pemerintahan tersendiri dan mandiri.
* Pemerhati Kepemerintahan dan Demokrasi

KPU

Baca berita lainnya Harian.news di Google News

Redaksi Harian.news menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: redaksi@harian.news atau Whatsapp 081243114943

Follow Social Media Kami

KomentarAnda