HARIAN.NEWS, JAKARTA – Di sebuah pabrik kecil di sudut desa, suara mesin berpadu dengan aroma rempah yang merebak ke udara.
Di balik pintu itu, ada harapan yang sedang diracik harapan yang suatu hari akan sampai ke tangan konsumen, entah di pasar tradisional di Jawa, toko modern di Jakarta, atau bahkan etalase supermarket di kota-kota dunia.
Harapan itu dijaga oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Di bawah kepemimpinan Prof. Dr. Taruna Ikrar, BPOM tidak hanya menjadi penjaga keamanan pangan dan obat, tetapi juga penghubung antara mimpi para pelaku usaha dan realitas pasar yang penuh tantangan.
Lebih dari Sekadar Regulasi
Data tak pernah berbohong. Komoditi pengawasan BPOM memberi pemasukan negara hingga Rp6.000 triliun. Pangsa pasar farmasi diproyeksi menembus Rp176,3 triliun pada 2025, kosmetik Rp 110,29 triliun, dan pangan olahan sumber kehidupan di meja makan rakyat akan mencapai Rp 4.388 triliun. Bahkan, pada 2029 angkanya diperkirakan mendekati Rp 5.500 triliun.
Namun di balik angka-angka itu, ada wajah-wajah pekerja di pabrik, petani bahan baku, teknisi laboratorium, hingga sopir truk pengantar barang. Ada 63 ribu pekerja di industri obat, 50 ribu di obat bahan alami, 313 ribu di kosmetik, dan 4,56 juta di pangan olahan jutaaan kehidupan yang bertumpu pada keberlangsungan industri ini.
UMKM, Nafas Panjang Ekonomi Rakyat
Bagi Prof Taruna Ikrar, UMKM bukan sekadar pelaku usaha, tapi denyut nadi ekonomi bangsa. Mereka hadir di setiap sudut negeri dari rumah produksi sederhana hingga pabrik skala menengah menyumbang 99% dari seluruh unit usaha di Indonesia.
BPOM mencatat ribuan UMKM telah terdaftar: 1.043 di obat bahan alami, 1.153 di kosmetik, dan hampir 9.800 di pangan olahan. Masing-masing membawa cita rasa, ciri khas, dan potensi untuk menembus pasar global.
Baca Juga : Taruna Ikrar: BPOM Kawal Sains dan Regulasi, Fondasi Ekosistem Vaksin Indonesia yang Tangguh Untuk Dunia
“Setiap izin edar yang kami keluarkan adalah tiket menuju mimpi yang lebih besar. Kami ingin UMKM naik kelas, bukan hanya untuk bertahan, tapi untuk bersaing,” ujar Taruna Ikrar.
Menjaga dari Hulu ke Hilir
Pengawasan BPOM ibarat benteng yang melindungi masyarakat. Dari pabrik, gudang, apotek, toko obat, rumah sakit, hingga pasar online semua berada dalam radar pengawasan. Hampir 75 ribu sarana distribusi obat dan jutaan sarana peredaran pangan diawasi, memastikan setiap produk aman, bermanfaat, dan bermutu.
Dari Desa ke Dunia
Bukan hal mustahil produk buatan desa bisa melanglang buana. Dengan dukungan BPOM, ekspor obat telah menembus Rp10,9 triliun, kosmetik Rp1,26 triliun, dan pangan olahan Rp175 triliun.
Bagi Taruna Ikrar, keberhasilan itu bukan hanya soal angka, tetapi tentang mengangkat martabat bangsa.
“Dari pabrik ke pasar, dari desa ke dunia itulah perjalanan yang kami kawal. Karena setiap produk yang aman adalah wajah Indonesia di mata dunia,” pungkasnya.
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
