Logo Harian.news

Buku “Pertemuan Kecil”: Paduan Karya Agus K Saputra atas Lukisan, Foto, dan Puisi

Editor : Rasdianah Selasa, 16 April 2024 16:37
Agus K Saputra ketika menyerahkan karya '"Pertemuan Kecil". Foto: ist
Agus K Saputra ketika menyerahkan karya '"Pertemuan Kecil". Foto: ist

HARIAN.NEWS, MAKASSAR – Agus K Saputra “melepas” buku kumpulan puisi lagi. Kali ini untuk ketujuh kalinya dengan judul Pertemuan Kecil. Ya, ini semacam kreativitas baru. Menggagas sebuah pertemuan antara para seniman lukis dan foto. Bertemunya dalam rangkaian kata-kata, yaitu puisi.

Menurut Penulis, Jurnalis dan Pegiat teater, Kongso Sukoco, Agus K Saputra kembali menulis gagasan dan inspirasi dalam sebuah karya puisi. Sebagaimana penyair menulis puisi yang berangkat dari realitas pengalaman sehari-hari.

“Ia mungkin selain mencoba hal baru dan berbeda, bisa jadi Agus merasa bahwa menterjemahkan karya seni rupa menjadi puisi adalah tantangan dan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya dalam penulisan puisi,” ujar Kongso.

Baca Juga : Mahasiswa Unismuh Tumbuhkan Minat Baca Siswa Lewat Gerakan Literasi Berpuisi

“Ia mungkin juga ingin mengeksplorasi hubungan dan interaksi antara seni sastra dan seni rupa, yang keduanya merupakan bentuk ekspresi seni yang indah dan bermakna,” beber Kongso.

Apa pun itu, Kongso Sukoco menilai bahwa transformasi (proses penafsiran) oleh Agus K Saputra dari pengalaman visual ke dimensi bahasa merupakan bentuk apresiasi seni yang unik. Ini suatu (yang mungkin) menjadi reinterpretasi ekspresi visual (dalam lukisan) melalui kata-kata, melalui bahasa puisi.

“Kita meresapi perasaan dan emosi yang muncul saat melihat lukisan, dan kita melakukan re-kreatif sebuah ekspresi visual,” tandas Kongso.

Bagi Agus K Saputra sendiri, karya lukis kerap mengundang dirinya untuk menelisik lebih jauh. Memandangnya berlama-lama. Sekaligus menikmati dalam pikiran yang tidak berkesudahan. Hingga berakhir menjadi sebuah narasi.

Karya lukis yang “dibesut” oleh Agus adalah karya lukis Soni Hendrawan (ada di dinding “padepokan” Rumah Barudak), Zaeni Mohammad (saat Pameran di Taman Budaya), Lalu Syaukani, Mantra Ardana, Imam Hujatjatul Islam dan S La Radek yang “berslieweran’ di Facebook.

“Jika orang-orang berkomentar dengan kalimatnya masing-masing. Maka saya melalui puisi,” ujar Agus.

Sementara puisi dari karya foto, tulis Agus dalam Pengantar di hal. 11, tidak ada bedanya dengan karya lukis. Ia berfungsi sebagai alat rekam sementara ketika menemukan inspirasi di suatu benda dan tempat.

Ada hal menarik lainnya dalam kumpulan puisi Pertemuan Kecil ini. Antara lain, pertama adalah instrumentalia dari Krakatau Band berjudul Senja, berhasil “dipuisitisasi” oleh Agus.

Kedua, ada empat judul puisi, yaitu Celepen, Muih, Dilema dan Gempa Lombok: Ingatan Melawan Lupa, pun berhasil dimusikalisasi oleh Soni Hendrawan –yang sayangnya barcode musikalisasinya tidak ditampilkan.

Terkait musikalisasi puisi, Ary Juliyant memberi pernyataan tersendiri. Yaitu bagaimana proses harmonisasi bunyi menjadi musik.

“Dari kumpulan kata-kata lahir musikalisasi puisi,” kira-kira seperti itu ujar Kang Ary.

Sementara itu, Isnan Sudiarto mengatakan bahwa di karya foto sedikit sekali kita dapatkan. Tapi kalau kata bisa ke mana-mana larinya. Makanya gak bisa sebuah puisi disamakan dengan sebuah foto. Walaupun obyek kita bidik itu sama. Di sanalah kekuatan kata adanya.

“Makanya, tulisan yang bagus adalah bagaimana kuasa kata. Jadi kita itu harus “dikolonialisasi” oleh bahasa. Kita harus ditundukkan oleh bahasa,” cetus Isnan –penikmat sastra dan budaya yang mukim di Yogyakarta.

Baca berita lainnya Harian.news di Google News

Redaksi Harian.news menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: [email protected]

Follow Social Media Kami

KomentarAnda