Logo Harian.news

Gerindra Berkoalisi dengan PKB, Prabowo Tak Serta Dapat Suara NU?

Editor : Redaksi Senin, 14 November 2022 18:04
Analis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago. [Dok. Ist]
Analis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago. [Dok. Ist]

HARIAN.NEWS – Koalisi Gerindra-PKB salah satu koalisi yang menjadi poros di tahun 2024 jika nantinya berhasil mendeklarasikan capres dan cawapres. Namun, berkoalisi dengan PKB salah satu upaya Gerindra untuk mengantarkan Prabowo sebagai presiden, apalagi dengan basis pemilih PKB yang identik dengan NU.

Analis dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, menilai bahwa ada beberapa kemungkinan yang diperoleh oleh Prabowo jika berkoalisi dengan PKB.

Pertama, basis pemilih Prabowo bisa diperlebar kepada pemilih-pemilih tengah (moderat), karena di dua pilpres 2014 dan 2019 kategori pendukung Prabowo berada dibarisan kanan. Di Pilpres 2024 pemilih yang mendukung Prabowo di 2014 dan 2019 berkemungkinan akan terbagi dengan Anies Baswedan.

Baca Juga : Kepala BKKBN Sulsel Serahkan Rincian DAK BKKBN Senilai 5,36 Milyar Kepada Pemkab Maros

Kedua, upaya Prabowo untuk menarik suara NU dengan PKB berkoalisi dengan Gerindra tidak secara langsung menjadi suara. PBNU beberapa kali menyatakan sikapnya tidak menjadi bagian dari partai manapun, artinya NU belum tentu memiliki sikap yang sama dengan PKB terhadap capres di tahun 2024.

Ketiga, kedekatan warga NU dengan Gerindra juga perlu diuji sehingga kehawatiran PKB tidak akan banyak menarik suara NU, bisa dijawab oleh Gerindra jika secara organisasi membangun jejaring dengan kelompok-kelompok NU.

“PKB ini tentu menarik bagi Gerindra, terutama untuk menarik pemilih moderat yang banyak berlatarbelakang NU. Tantangannya seberapa besar suara NU yang bisa ditarik oleh Prabowo untuk memilihnya di tahun 2024. Kebijakan elite PBNU yang menyatakan bahwa NU tidak identik dengan partai manapun tentu melemahkan daya tawar PKB secara politik atau pun pemilih,” ucap Arifki.

Baca Juga : Info Pelanggan PDAM Makassar, Tampung Air Sekarang!

Dari berbagai kehawatiran tersebut, Gerindra tentu seharusnya mengambil daya tawar dengan NU untuk menjaga ketidakmungkinan dukungan politik yang lemah ke PKB, sehingga koalisi Gerindra-PKB tidak sia-sia untuk merebut pemilih NU sebesar-besarnya.

Dengan netralnya PBNU terhadap semua partai politik, maka partai lain memiliki kemungkinan untuk menarik pemilih NU, seperti PPP, PDI-P, dan Golkar yang selama ini memang sudah tempat bagi kader-kader NU yang tidak bergabung dengan PKB.

Politik itu adalah mencari kemungkinan diatas ketidakmungkinan. Dari berbagai kepentingan yang memberikan keuntungan untuk Gerindra berkoalisi dengan PKB tentu secara pribadi Cak Imin juga ingin menarik efek Prabowo untuk partainya.

Baca Juga : Salurkan Paket Pendidikan Santri Pondok Quran An – Nahl Cianjur, AR Learning Center dan YPPN Komitmen Sosial

Namun, pertarungannya seberapa menarik citra Prabowo bagi pemilih Prabowo, misalnya ada figur lain seperti Khofifah yang berkemungkinan maju sebagai cawapres di 2024.

“PKB mungkin saja diuntungkan jika berkoalisi dengan Gerindra, apalagi Cak Imin mendapatkan posisi sebagai cawapres. Tetapi, munculnya nama Khofifah nanti tentu merugikan bagi Prabowo atau Gerindra karena basis NU juga terbelah dalam menentukan capres dan cawapres. Apalagi sikap PBNU yang tidak menyatakan keberpihakan kepada salah satu partai capres semakin menyulitkan daya tawar Cak Imin mengklaim pemilih NU sebagai basisnya untuk maju sebagai cawapres”, tutup Arifki.

Baca berita lainnya Harian.news di Google News

Redaksi Harian.news menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: redaksi@harian.news atau Whatsapp 081243114943

Follow Social Media Kami

KomentarAnda