HARIANEWS.COM – Prabowo Subianto mendeklarasikan diri sebagai capres dari Partai Gerindra (12/8), sedangkan Anies Baswedan juga mendeklarasikan diri sebagai capres setelah diusung oleh Partai NasDem (3/10).
Meskipun penetapan capres dan cawapres ke KPU dibuka pada 19 Oktober hingga 25 November 2023, upaya yang dilakukan oleh Gerindra dan NasDem baik untuk proses demokrasi di Indonesia.
Analis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, menilai Gerindra dan NasDem lebih realistis melihat Pilpres 2024 sebagai kepentingan publik. Meskipun kedua partai ini masih harus berkoalisi dengan partai lain untuk sah mengusung capres dan cawapres di Pilpres 2024, Gerindra dan NasDem ingin publik lebih awal mempercakapkan gagasan dan program yang bisa ditawarkan oleh capres kepada masyarakat.
Baca Juga : Jokowi Dukung Prabowo Bentuk Zaken Kabinet
“Gerindra dan NasDem itu lebih berani karena siap jika gagasan dan program capres yang diusung dikuliti oleh publik lebih awal. Saat partai lain masih malu-malu kucing umumkan nama capresnya, Gerindra dan NasDem tentu terlihat lebih maju karena mempercepat lobi-lobi elite dalam menentukan capres dan fokus kepada upaya capres memperkenalkan diri kepada masyarakat,” ungkap Arifki dalam siaran persnya yang diterima harianews.
Banyak hal baik jika capres dan cawapres diumumkan lebih cepat kepada masyarakat. Pertama, capres dan cawapres itu akan dipilih oleh masyarakat pada Pilpres 2024, bukan hanya elite yang menyediakan calonnya di menit-menit akhir dan tidak memberikan masyarakat kesempatan untuk mengulas gagasan, program, dan prestasinya.
Kedua, sudah saatnya publik fokus pada kinerja capres dan apa kira-kira yang bisa dilakukannya jika terpilih sebagai presiden, dari pada fokus membentuk polarisasi di ruang publik dengan mempopulerkan istilah “kampret” dan “kadrun”.
Baca Juga : Ketika Dasi Mentan Andi Amran Sulaiman Dirapikan Prabowo
Ketiga, Pemilu 2024 itu semuanya dari nol dan dilakukan secara serentak, jika partai politik ingin mendapatkan efek ekor jas dengan mengusung capres dan cawapres lebih awal itu logis karena targetnya ingin mendorong populeritas capres agar berdampak kepada suara partai.
Dengan Gerindra dan NasDem sudah mendeklarasikan capresnya di tahun 2024, sudah seharusnya PDI-P dan KIB juga memperkenalkan capresnya lebih awal karena perhatian publik berubah setelah Prabowo diusung oleh Gerindra dan Anies diusung oleh NasDem sebagai capres.
Jika terlalu lama mengumumkan capres, potensi yang bisa diambil oleh partai atau koalisi lain untuk ikut Pilpres 2024, menyerah dengan menawarkan diri sebagai cawapres Prabowo atau Anies dan paling menyakitkannya hanya sebagai partai pengusung saja jika terbentuk dua pasang calon.
Baca Juga : Tuai Penolakan, Presiden Terpilih Prabowo Janji Cari Solusi untuk Iuran TAPERA
“Figur-figur lain nggak menarik lagi untuk dibahas, jika masih belum berani mendeklarasikan diri sebagai capres. Perhatian publik ya sama Prabowo dan Anies saja. Karena lebih realistis dan berani mengikusertakan publik lebih awal dari pada berlama-lama ngopi kesana-kemari tetapi masih takut dikuliti oleh publik,” tutup Arifki
Baca berita lainnya Harian.news di Google News