“Saya kira mudik adalah soal jalan yang ditempuh. Tapi lebih dari itu, ia adalah soal apa yang menemani. Dalam sunyi dan lengang, jaringan IM3 tidak pernah meninggalkan,” ucap Eka Saputra.
Penulis: Gita Oktaviola
HARIAN.NEWS, MAKASSAR – Langit sore di Manggarupi, Kabupaten Gowa, menggurat jingga yang teduh. Angin berhembus pelan, seolah ikut menyanyikan lagu pulang yang telah lama dirindukan. Di antara deru motor dan suara klakson yang tak putus-putus, seorang pemuda bernama Eka Saputra menyalakan mesin motornya. Ia hendak pulang, menyusuri jalan berliku menuju kampung halaman di Desa Batang, Kabupaten Bulukumba.
Baca Juga : Buruan! Hadiah Spesial Menanti Pelanggan Indosat di Harpelnas 2025
Jam menunjukkan pukul 03.00 sore. Matahari belum benar-benar tenggelam, tapi bayangannya telah memanjang di atas aspal. Di atas motor, Eka menenteng tas kecil dan senyum lega. Tak banyak bekal, hanya doa dan semangat untuk kembali ke pelukan keluarga.
Perjalanan dimulai perlahan, melewati pepohonan yang mulai menua daunnya. Ia membuka aplikasi peta, memutar lagu kenangan, dan tersenyum—semoga semuanya berjalan lancar.
“Syukurlah, jaringan IM3 tetap bagus. Di perjalanan, itu semacam kemewahan,” ucapnya kepada harian.news, Sabtu, 03 April 2025.
Baca Juga : Collabonation Talent Lab Diluncurkan di Makassar, Anak Muda Bisa Belajar Digital Gratis Lewat myIM3
Menjelang senja, motor memasuki wilayah Kabupaten Takalar. Jalanan berkelok dan udara mulai berubah lebih sejuk. Di sisi kanan jalan, sawah-sawah terbentang, terlihat sangat elok dengan warna khas hijau.
Eka memperlambat laju, mengabadikan momen dengan kameranya, lalu membagikannya ke Instagram. Tanpa jeda. Tanpa loading. Jaringan IM3 seperti mengerti: perjalanan pulang harus ditemani tanpa gangguan.
Outlet IM3 di perbatasan Bantaeng-Jeneponto. (Foto: Gita/HN)
Baca Juga : IM3 Jadi Kunci Sukses Fakra Rauf Tingkatkan Penjualan Buras Mama Aji Selama Lebaran
Tiba di perbatasan Jeneponto, sinar matahari mulai merunduk di balik awan. Di persimpangan, Eka berhenti sejenak. Sebuah kios kecil berdiri sederhana dengan plang kuning cerah bertuliskan “Kartu Kuota IM3 Tersedia di Sini.”
“Ternyata banyak juga yang menggunakan IM3 di sini,” ucapnya pelan.
Kehadiran kios itu, lebih dari sekadar tempat beli pulsa. Ia seperti penanda bahwa koneksi bukan hanya tentang internet, tapi juga tentang rasa saling mengandalkan. Selanjutnya, Eka kembali menyalakan motor, kali ini menuju Bantaeng.
Baca Juga : Lewat Shopee dan Indosat, Fakra Rauf Bawa Bajabu Mama Aji Tembus Pasar Online
Kabupaten Bantaeng menyambut dengan debur laut yang samar. Beberapa destinasi wisata terpampang di papan penunjuk arah: Pantai Marina, Pantai Seruni, dan lainnya yang menggoda.
“Suasana pinggir pantai memang selalu bikin tenang,” bebernya.
Malam mulai jatuh perlahan saat ia memasuki wilayah perkampungan menuju Kabupaten Bulukumba. Lagu-lagu nostalgia lebaran terus mengalun dari ponselnya. Jalan gelap tak menakutkan, sebab alunan musik membuat suasana tetap hidup. Tanpa jeda. Tanpa macet sinyal. Hanya dirinya, mesin motor, dan lagu yang mengalir dalam irama pulang.
“Biasanya, di jalur seperti ini saya harus simpan ponsel karena sinyal suka hilang. Tapi sekarang, beda. Saya bahkan bisa video call sebentar dengan adik di rumah,” katanya.
Menjelang pukul tujuh malam, kendaraan roda dua itu melintasi jalan utama Kota Bulukumba. Ruko-ruko mulai tutup, tapi lampu-lampu malam justru baru menyala. Suasana Lebaran mulai terasa. Tiba-tiba, Eka menyadari satu hal—kuota internetnya habis. Tapi tak perlu panik. Dengan beberapa sentuhan di aplikasi myIM3, paket kuota kembali aktif.
Suasana Kota Bulukumba malam hari. (Foto: Gita/HN)
“Bayangkan, malam hari, di kota kecil, saya bisa langsung beli kuota murah tanpa harus cari konter. IM3 memang tahu cara membuat mudik terasa ringan,” ungkapnya.
Perjalanan belum usai. Dari pusat kota, Eka menempuh jalan menuju Desa Batang kira-kira 1 jam. Jalan mulai sempit, bergelombang, dan sunyi. Gelap pekat memeluk kiri kanan jalan, tapi sinyal di ponselnya tetap menyala terang. Ia menyusuri hutan-hutan kecil dan kebun warga, ditemani bintang dan dingin malam.
Tepat pukul 08.00 malam, Eka tiba di depan rumah. Rumah kecil beratap seng, dengan lampu temaram menyambutnya. Eka membuka ponselnya, mengirim pesan singkat ke teman: “Saya sudah sampai. Aman. Jaringannya tetap stabil sampai kampung.”
Tak banyak yang tahu, bahwa perjalanan pulang bukan sekadar berpindah tempat. Ia adalah ritual. Ia adalah ziarah batin. Dan dalam setiap ziarah, kita butuh penuntun.
Bagi Eka, penuntunnya bukan hanya arah mata angin, tapi juga sinyal kecil di ujung layar yang memastikan ia tetap terhubung dengan dunia—dengan keluarga, kenangan, dan harapan.
“Saya kira mudik adalah soal jalan yang ditempuh. Tapi lebih dari itu, ia adalah soal apa yang menemani. Dalam sunyi dan lengang, jaringan IM3 tidak pernah meninggalkan,” tutup Eka, menatap langit malam yang kini penuh bintang.
Indosat: Jaringan Stabil hingga Pelosok
Selama arus mudik Lebaran 2025, Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) menunjukkan performa jaringan yang andal di berbagai wilayah Sulawesi Selatan.
Sejumlah titik padat pemudik seperti Parepare, Bone, hingga Bulukumba tetap terlayani dengan sinyal kuat dan stabil.
Indosat telah meningkatkan kapasitas jaringannya di lebih dari 150 titik strategis di Sulsel sejak awal Ramadan.
“Kami fokus memperkuat jaringan di jalur-jalur utama mudik, termasuk rute Makassar menuju utara dan selatan,” ujar Swandy Tjia SVP-Head of Region Central & West Java Indosat.
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
