HARIAN.NEWS – Pendidikan politik penting bagi perempuan untuk menumbuhkan kepekaan, kesadaran dan komitmen menegakkan keadilan gender. Meningkatkan pemahaman terhadap advokasi dalam kebijakan dan meningkatkan minat untuk berperan aktif dalam organisasi/lembaga politik.
Semakin tinggi partisipasi politik perempuan dalam masyarakat, menunjukkan kondisi demokrasi yang berkualitas dan seimbang. Jika partisipasi masyarakat rendah, stereotip akan terus dimelekatkan pada perempuan sebagai simbol ketidakberdayaan, hal tersebut dapat menunjukkan apatisme dan ketidakpercayaan pada pemerintah. Politik identik dengan pemerintah, menyangkut kebijakan dan kemaslahatan umat.
Partisipasi politik dapat diwujudkan dalam berbagai tahapan, seperti pemungutan suara pada pemilu, petugas KPPS, kampanye, bergabung dengan parpol, diskusi politik dsb.
Baca Juga : Appi Melesat: Calon Kuat Pemimpin Golkar Sulsel
Di beberapa daerah peran perempuan mendominasi, terpantau sebagai petugas KPPS mendekati 90 persen. Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, NTB, Bangka dll. Bahkan di Bali 9 KPPS perempuan semua. Sebagai tahapan awal menuju puncak kejayaan capaian ini cukup berpengharapan. Meski keterwakilan yang diamanatkan undang-undang, kaum perempuan belum menembus angka 30 persen di legislatif.
Semua bisa diubah dengan membuka pikiran, dari tertutup dan jumud menjadi terbuka dan maju. Inilah saatnya, berkontribusi dalam pesta akbar Pemilihan Presiden (Pilpres) dan pemilihan legislatif (Pileg) serentak 2024.
Diperlukan upaya sungguh-sungguh dan sistematis dari berbagai pihak untuk meningkatkan jumlah perempuan sebagai penyelenggara Pemilu, juga sebagai agen perubahan yang memiliki nilai tawar.
Baca Juga : Viral Anggota KPPS Bangkala Barat Arahkan Dukungan, KPU Jeneponto Berikan Klarifikasi
Perempuan punya potensi dalam menghadapi berbagai tantangan. Kuat dan mampu berkolaborasi.
Riset Puskapol FISIP UI di enam provinsi, Aceh, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Maluku, Papua dan Papua Barat, menemukan masih rendahnya keterlibatan perempuan sebagai penyelenggara pemilu. Faktor geografis naik turun gunung menjadi kendala dan minimnya pengetahuan tehnis informasi tentang kepemiluan.
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
