Pemred harian.news, IGA Kumarimurti Diwia. Foto: dok
HARIAN.NEWS – Setiap orang tua berusaha untuk memberi kualitas pendidikan yang baik pada anak. Berbagai cara dilakukan, seperti mengikutkan anak bimbel agar dapat menguasai semua pelajaran. Les akademik sampai baca tulis Quran, baik daring ataupun luring.
Baca Juga : Literasi Kita: Antara Proyek Seremonial dan Transformasi Kultural
Belum lagi ikut kegiatan ekstrakurikuler untuk mengasah kemampuan non akademik. Tidak jarang anak kecapaian sepulang sekolah namun harus lanjut mengikuti les. Tidak peduli apakah si anak suka atau tidak.
Ada yang tak terbantahkan dalam proses belajar melibatkan anak. Kedisiplinan yang kebablasan hingga tingkat dewa. Hal penting telah dilupakan orang tua, tanpa sadar membuat “penjara baru” bagi anak.
Menumbuhkan Minat Baca
Setiap hari anak dicekoki berbagai bacaan dan pelajaran tambahan. Kita seakan ingin mencetak anak menjadi apa yang kita inginkan. Lupa memikirkan anak seperti apa yang kita siapkan.
Baca Juga : Cicilan Huruf: Sebuah Proyek Baru di Rumah Buku
Bukan berarti ini sebuah pembenaran menjadikan anak malas belajar.
Mengapa Albert Einstein, Leonardo Da Vinci, dan Thomas Alfa Edison begitu jenius? Jawabannya sederhana, bukan karena mereka ikut les ke sana ke mari, namun mereka mencintai belajar sejak usia dini. Mereka tekun. Suka membaca banyak buku dan selalu haus akan ilmu pengetahuan. Tanpa perlu dicekoki dengan berbagai kegiatan “belajar” tambahan.
Apakah bimbel, kursus, les dll itu telah membuat anak kita jadi menyukai belajar? Atau jangan-jangan kita sebagai orang tua hanya membangun penjara baru. Tidak peduli berapa uang yang dikeluarkan untuk membayar kursus dsb. Semua kita korbankan atas nama masa depan anak .
Baca Juga : Malam Bercerita: Gerakan Literasi Era Digital
Pikirkanlah, mulai sekarang tanamkan pada anak manfaat membaca dengan cara menyenangkan tanpa memaksa, tumbuhkan dengan berbagai metode agar minat baca anak meningkat dan membuat anak terbiasa.
Manfaat membaca buku, menurut ’Aidh bin Abdullah al-Qarn, ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk dalam kebodohan.
Seseorang bisa mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata, serta membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir. Dan dapat meningkatkan pengetahuan, mengambil manfaat dari pengalaman orang lain, seperti mencontoh kearifan orang bijaksana dan kecerdasan orang-orang berilmu. Serta dapat mengembangkan kemampuan merespons ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup.
Baca Juga : OJK: Literasi dan Inklusi Keuangan Masih Timpang Berdasarkan Wilayah, Usia, Pendidikan dan Jenis Pekerjaan
Keyakinan seseorang akan bertambah ketika dia membaca buku-buku bermanfaat, terutama karya-karya yang ditulis oleh penulis-penulis berkualitas serta mumpuni. Buku itu adalah penceramah terbaik dan mempunyai pengaruh kuat untuk menuntun seseorang menuju kebaikan, menjauhkan dari kejahatan. Menyegarkan pikiran dari keruwetan sehingga menyelamatkan waktunya agar tidak sia-sia.
Bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai model kalimat, lebih lanjut lagi, Ia bisa meningkatkan kemampuan untuk menyerap konsep, memahami apa yang tertulis “di antara baris demi baris”, memaknai apa yang tersirat. Bacalah 10 buku, bacalah 50 buku begitulah seterusnya. Semakin banyak dan terbiasa, semakin terasa ilmu berkurang.
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
