HARIAN.NEWS – Puasa adalah salah satu ibadah paling tua sejak adanya manusia. Di banyak tafsir, mencakup kurban dan salat. Ibadah-ibadah ini identik dengan mengorbankan segala bentuk kenyamanan. Puasa sendiri sudah dilaksanakan oleh Nabi Adam a.s.
Pemred harian.news, IGA Kumarimurti Diwia. Foto: dok
Lalu, perintah menjalankan puasa Ramadan berawal ketika Nabi Nuh a.s. terombang-ambing di laut bersama pengikutnya. Keadaan saat itu menggambarkan sebuah situasi mencekam antara hidup dan mati. Setelah situasi itu berlalu, Nabi Nuh a.s. menjalankan shaum (puasa) sebagai rasa syukur atas keselamatan diri dan umatnya dari badai dahsyat.
Baca Juga : Bedah 7 Buku Sekaligus Dengan 6 Ribu Peserta, Kepala BPOM Prof Taruna Diganjar MURI
Nabi Daud a.s dan umatnya, juga berpuasa seumur hidup dengan pola sehari puasa dan tidak puasa esok harinya. Nabi Yusuf pun berpuasa di penjara. Bahkan Yahudi juga melaksanakan ibadah ini meskipun dengan cara berbeda dengan umat Islam saat ini.
Filsuf Plato juga menjalankannya, sebagai upaya menjaga kesehatan jasmani dan rohani. Socrates neneknya filsafat menganjurkan juga sebagai bentuk penyembuhan. Ada unsur penyembuh dalam tubuh jika berpuasa. Bantulah tubuhmu untuk kesehatanmu sendiri.
Pada dasarnya seluruh mahluk hidup menjalankan ritual terhenti beberapa saat, tidak beraktivitas makan minum. Manusia, hewan dan tumbuhan.
Baca Juga : Momen Silaturahmi Idulfitri, IPPK Prov Sulsel Gelar Halal Bihalal
Beruang di kutub hibernasi sepanjang tahun. Ulat menjadi kepompong sebelum bisa berwujud indah kupu-kupu, ayam saat mengeram tidak makan. Ular melepaskan sisik wajib tidak memangsa. Ikan salmon tidak mengonsumsi makanan jika bermigrasi, agar tubuhnya lebih ringan, pergerakan lebih lincah, kuat melawan arus sungai dan menghindari pemangsa.
MURI
Kekhusyukan beribadah bersama ribuan orang pada hari kedua Ramadan yang dilaksanakan Pemkot Makassar di Anjungan Pantai Losari mengundang dualisme rasa. Berhasil mengumpulkan masyarakat untuk makan bareng, buka bersama sepanjang 2.1 km ini bekerja sama dengan Kerajaan Arab Saudi (KSA) dan dicatat sebagai rekor MURI. Pencapaian sebagai penyelenggara kegiatan massal patut diancungi jempol.
Baca Juga : Malam 30 Ramadan, Wali Kota Makassar Bersama Forkopimda Pantau Langsung Posko Lebaran 2025
Hanya, menuju ke lokasi menyebabkan kemacetan bagi lalu lintas sekitar. Bagi orang lain yang menjalankan ibadah dan pengguna jalan, kegiatan ini cukup menghambat.
Menilik kembali esensi puasa sebagai pengingat agar kita tidak lalai dari kenikmatan dunia, lalai dari nikmat Tuhan, serta bentuk kesyukuran, keriuhan dan keramaian ini secara kontras tidak mencerminkan kesyahduan Ramadan. Kegiatan seakan-akan hanya mengindikasikan euforia dan kegembiraan saja. Kesakralan puasa kehilangan makna.
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
