Logo Harian.news

Suara Ketua Solidaritas Perempuan di Momen IWD

Tergerus di Lorong Garden hingga MNP: Potret Kemiskinan Kota Makassar Berwajah Perempuan

Editor : Rasdianah Sabtu, 09 Maret 2024 18:46
ilustrasi. Foto: istock
ilustrasi. Foto: istock

HARIAN.NEWS, MAKASSAR – Di momen perayaan International Woman’s Day (IWD) 2024, Ketua Solidaritas Perempuan (SP) Anging Mammiri Suryani, merefleksi perjuangan perempuan yang hingga kini masih dimiskinkan ruang hidupnya lewat program pemerintah Kota Makassar.

Menurutnya, program yang dihadirkan pemerintah Kota Makassar di bawah kepemimpinan Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto belum memberikan angin segar bagi sejumlah perempuan akar rumput, mulai dari program lorong garden hingga Makassar New Port (MNP) yang ikut merugikan dan menggerus perempuan dari ruang-ruang sosial.

“Situasi ini semakin memperparah bagaimana kemiskinan itu terjadi dan terlebih terhadap perempuan. Itulah mengapa Kota Makassar disebut berwajah perempuan karena selama ini peran berlapis yang diterima permpuan tidak terlepas dari cara pandang patriarki,” ucapnya kepada harian.news, Sabtu (09/03/2024).

Baca Juga : Bakal Mengaspal Susul Moda Transportasi Umum Lainnya, ini Rute Metro Kapsul Rancangan Danny

Hal tersebut mengakibatkan ketimpangan ekonomi maupun keadilan gender utamanya bagi perempuan miskin kota seperti perempuan pesisir, perempuan petani hingga buruh perempuan.

Suryani menjelaskan, terkait program Lorong Garden, pemerintah Kota Makassar pada dasarnya merespon isu perubahan iklim. Bukan tidak baik, namun justru di lorong garden itu beban kerja perempuan menjadi berlapis.

“Sebab, perempuan diminta membersihkan lingkungan, membersihkan lorong-lorong. Memilah sampah, dan seterusnya. Kalau kita kemudian mau melihat bahwa ketika kita berbicara bagaimana iklim . Kita perlu melacak jejak siapa. Jejak siapa yang paling banyak meninggalkan karbon? Nah itu yang perlu dilihat,” jelasnya.

Baca Juga : International Women’s Day di Mata Andi Suhada: Semua Perempuan Miliki Potensi

Kemudian setelah itu, barulah disusun cara mengatasi perubahan iklim sehingga beban perempuan tidak lebih banyak dari pada jenis kelamin lainnya.

Selanjutnya, jika ditelisik lebih dalam lagi, sejauh mana kemiskinan itu berwajah perempuan dengan menyaksikan kemiskinan perempuan di pesisir?

“Mereka para perempuan pencari kerang yang memanfaatkan pesisir sebagai ruang sosial mereka termasuk perempuan pesisir pengolah pangan atau usaha ekonomi yang lebih kecil, kini bermasalah pada sumber penghidupan dan ekonomi karena proyek Makassar New Port (MNP),” ujar Suryani.

Baca Juga : Hadir di Kota Daeng, Jokowi Dipadatkan Peresmian

“Ruang kehidupan perempuan habis terkuras dan dirampas sehingga kita perlu untuk merebut ruang yang inklusif agar melawan sistem demokrasi yang semakin buruk. Khusunya untuk mereka yang ada di pesisir Tallo,” lanjutnya.

Program Tanpa Perspektif Perempuan

Suryani menyebut hal ini karena saat pemkot mengusung program yang melibatkan perempuan, mereka justru melakukan keputusan atau perumus UUD atau termasuk perencana program-program tanpa perspektif perempuan.

“Mereka tidak memiliki perspektif bagaimana pembangunan itu dibangun dengan perspektif adil terhadap perempuan dan adil gender. Karena perempuan dalam struktur sosial kita masih dilekatkan pada peran domestifikasi,” bebernya.

Baca Juga : Inverstasi Capai Rp 5,4 T, Apa saja Fasilitas di Mega Proyek MNP?

Baca berita lainnya Harian.news di Google News

Redaksi Harian.news menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: [email protected]
Penulis : GITA OKTAVIOLA

Follow Social Media Kami

KomentarAnda