HARIAN.NEWS, MAKASSAR – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini terkait musim kemarau 2025. Prediksi menunjukkan puncak musim kemarau akan terjadi pada Juni, Juli, dan Agustus 2025.
Peringatan ini disampaikan menyusul analisis data iklim dan cuaca yang dilakukan oleh BMKG, yang mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi musim kemarau. Hal ini tentu memerlukan antisipasi dini dari berbagai sektor untuk meminimalisir dampak buruknya bagi masyarakat dan perekonomian nasional.
BMKG memprediksi musim kemarau akan dimulai pada Mei 2025 di berbagai wilayah Indonesia. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menekankan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi musim kemarau ini.
Baca Juga : Berlangsung hingga Awal April, BMKG Sulsel Ingatkan Pemudik Waspada Cuaca Ekstrem
“Puncak musim kemarau 2025 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi terjadi pada Juni, Juli dan Agustus 2025,” ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dikutip dari laman BMKG, Sabtu (15/3/2025).
BMKG juga memprediksi potensi peningkatan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), terutama di Sumatera dan Kalimantan, sehingga kewaspadaan perlu ditingkatkan.
Analisis BMKG terhadap Musim Kemarau 2025
BMKG telah melakukan analisis menyeluruh terhadap data iklim dan cuaca untuk menghasilkan prediksi musim kemarau 2025. Analisis tersebut membandingkan prediksi dengan rerata klimatologinya (periode 1991-2020).
Baca Juga : Musim Kemarau Ancam Sulsel, Krisis Air dan Karhutla di Depan Mata
Hasilnya menunjukkan bahwa awal musim kemarau 2025 di Indonesia diprediksi terjadi pada periode waktu yang sama dengan normalnya pada 207 zona musim (ZOM) (30%). Kemudian, mundur pada 204 ZOM (29%), dan maju pada 104 ZOM (22%).
Wilayah yang diperkirakan mengalami awal musim kemarau sesuai dengan kondisi normal meliputi Sumatera, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo dan Sulawesi Utara, sebagian Maluku serta sebagian Maluku Utara. Sementara itu, wilayah yang akan mengalami awal musim kemarau yang mundur atau datang lebih lambat dibandingkan dengan normalnya, adalah Kalimantan bagian Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, di Sulawesi, sebagian Maluku utara dan Merauke.
Secara umum, musim kemarau 2025 diprediksi bersifat normal sebanyak 416 Zona Musim/ZOM (60%), 185 ZOM (26%) diprediksi mengalami musim kemarau dengan sifat atas normal, dan 98 ZOM (14%) diprediksi mengalami musim kemarau dengan sifat bawah normal. Ini menunjukkan variasi kondisi kemarau di berbagai wilayah Indonesia.
Baca Juga : Musim Kemarau di Sulsel Dimulai Mei, Puncaknya Agustus-September
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
