HARIAN.NEWS, MAKASSAR – Aktivitas UMKM di Ruang Sandeq Hotel Claro Makassar pada Jumat (14/11/2025) tampak mencolok. Deretan booth tersusun rapi. Suasana ramai seakan mendukung kesuksesan acara Anging Mammiri Business Fair (AMBF) X South Sulawesi Investment Forum (SSIF) 2025. Acara ini diinisiasi oleh Bank Indonesia (BI) dan Pemerintah Provinsi Sulsel.
Suara riuh bersahutan terdengar dalam ruangan. Para pengunjung saling berinteraksi melihat beragam produk yang dipamerkan. Di tengah ruangan, booth berukuran sekitar 2×2 meter tampak mencuri perhatian. Di sana, terlihat seorang perempuan bercadar, mengenakan gamis hitam, berdiri sambil merapikan botol-botol madu di etalase. Perempuan itu Hj. Ariani, CEO Lontara Honey.
Ariani (43) seorang pengusaha madu yang telah sukses memasarkan produknya hingga ke luar negeri. Inisiatifnya menekuni usaha madu, karena melihat maraknya peredaran madu palsu yang merugikan konsumen dan pelaku usaha.
Baca Juga : Jurnalis Harian.news Gita Oktaviola Sabet Juara 1 Lomba Karya Jurnalistik Bank Mandiri 2025
Ariani menginovasikan produk madu bernama Lontara Honey atau yang lebih dikenal Madu Sulawesi dengan proses alamiah. “Banyak madu palsu beredar, masyarakat bingung membedakan. Jadi bagaimana memastikan madu yang benar-benar asli? Harus melalui uji laboratorium,” ucapnya kepada harian.news.
Sejak 2019, Ariani menekuni usaha madu dan memastikan seluruh produknya diuji secara ilmiah. Upaya tersebut membuahkan hasil. Pada 2024, Madu Sulawesi memenangkan lima kompetisi nasional dan semakin dikenal sebagai produk berkualitas.
UMKM yang ia bangun juga menjadi yang pertama di Sulawesi Selatan mendapatkan sertifikasi NKF, izin edar setara BPOM di bawah Kementerian Pertanian. Sertifikasi ini menjadi bukti bahwa produknya telah memenuhi standar keamanan pangan.
Baca Juga : Cerita Mandiri Agen: Sukses Merajut Asa hingga Jadi Motor Penggerak Inklusi Keuangan di Perkotaan
Ariani juga menggunakan teknologi dehumidifier untuk menurunkan kadar air madu hingga 16 persen, standar wajib bagi produk yang masuk pasar ekspor. “Kalau kadar air di atas 18 persen, madu tidak boleh diekspor karena berisiko meledak,” jelasnya.
Untuk memenuhi permintaan yang meningkat, Ariani menggandeng kelompok budidaya lebah dari sejumlah kabupaten, termasuk Gowa dan Maros. Tujuannya membawa madu Sulawesi tampil di berbagai pameran nasional dan internasional. Akhirnya madu milik Ariani sukses dan telah dipasarkan hingga ke Brunei, Kuala Lumpur, dan Jepang.
“Waktu saya bawa ke Jepang, mereka bilang madu ini sudah dikenal,” tuturnya.
Baca Juga : Promo Umrah Spesial Bank Mandiri Warnai Garuda Indonesia Umrah Festival 2025 di Makassar
Kini, permintaan ekspor Lontara Honey atau Madu Sulawesi mencapai 100–150 kilo per bulan. Keuntungannya pun bukan main, Ariani bisa mengantongi hingga ratusan juga dari hasil penjualan Madu dalam sebulan.
Apalagi, saat ini, ada sekitar empat negara yang tertarik bekerja sama mengambangkan usaha Madu Lontara du luar negeri, salah satunya Hongkong. Di acara AMBF X SSIF 2025, Ariani telah menandatangani MoU dengan Hongkong. Maret mendatang, Ariani dijadwalkan berangkat ke Hongkong untuk membahas investasi mesin produksi.
“Hongkong akan berinvestasi mesin dan madu yang saya ramu akan dibuat dalam bentuk kemasan saset,” terangnya.
Baca Juga : Bank Mandiri Gaspol! Transaksi Ramadhan & Lebaran Makin Lancar dengan Layanan Digital
“Cerita Ekspor” Bank Mandiri Bantu Ariani Wujudkan Mimpi
Di balik perjalanan sukses Ariani, ia menyebut peran penting Bank Mandiri bagi produk olahannya hingga bisa tembus ke pasar global. Melalui program “Cerita Ekspor”, Ariani mendapat pendampingan rutin untuk memenuhi standar produk internasional.
“Kami betul-betul dibina oleh Bank Mandiri untuk membuat produk berkualitas tinggi,” katanya.
Di rumah ekspor milik Bank Mandiri, Ariani diajarkan cara mengemas produk hingga membranding dan memasarkannya. “Saya sangat berterima kasih kepada bank Mandiri, berkat pelatihan yang diberikan, saya sudah bisa ekspor,” bebernya.
Tak hanya itu, Ariani mengaku semua perubahan dalam hidupnya dibidang usaha sangat ditentukan oleh uluran tangan yang diberikan Bank Mandiri, makanya ia juga tetap setia menggunakan tabungan Mandiri untuk menyimpan dana dan melakukan transaksi harian.
Kata Ariani, seluruh transaksi bisnisnya dilakukan menggunakan aplikasi bank Mandiri yang biasa disebut Livin’ Mandiri. Menurutnya, aplikasi Livin’ sangat memudahkan pembelian dan mempercepat pencatatan keuangan. “Sangat mudah. Apalagi saat saya menggunakan QRIS. Gampang dan cepat,” bebernya.
Selain itu, Arini juga telah membukan dua rekening Mandiri. “Untuk operasional harian dan untuk bisnis,” ujar Arini yang telah menggunakan aplikasi Livin’ sejak 2019.
Ariani berharap, tahun ini, ia bisa mengajukan KUR Mandiri untuk memperkuat modal produksi seiring meningkatnya permintaan ekspor. Ia menyebut pendampingan Mandiri menjadi salah satu faktor yang membuatnya yakin melangkah lebih jauh dan bisa naik kelas.
“Bank Mandiri yang membina dan membuat saya yakin bisa ekspor,” tambahnya.
Bank Mandiri Bina UMKM Go Internasional
Bank Mandiri senantiasa memberikan ruang kepada para pelaku UMKM untuk berdaya. Kali ini, bank Mandiri menghadirkan program “Cerita Ekspor” untuk membantu UMKM ekspor barang ke luar negeri. Bersama Bea Cukai, bank Mandiri melakukan pendampingan dan re-branding yang sudah berjalan sejak tahun 2021.
Trade Sales Manager Bank Mandiri Region X Sulawesi Maluku, Dwi Retno, menyampaikan program yang diusung bank Mandiri dapat memberikan pengaruh besar untuk pelaku UMKM. Misalnya, mereka dapat memahami bagaimana regulasi yang belaku untuk ekspor ke luar negeri, strategi ekspor hingga syarat produk memasuki pasar internasional
“Target kami adalah mencetak UMKM yang siap menjadi eksportir. Persiapan finansial dan akses pasar menjadi fondasi utama agar UMKM Sulsel mampu bersaing secara internasional,” ujar Dwi.
BI Sulsel Dukung Ekspor UMKM ke Luar Negeri
Bank Indonesia (BI) Sulawesi Selatan turut mendukung pengembangan ekspor UMKM ke luar negeri. Melalui kegiatan Anging Mammiri Business Fair (AMBF) X South Sulawesi Investment Forum (SSIF) 2025, BI berhasil menggaet banyak buyer untuk melakukan kontrak kerjasama dengan UMKM binaan bank di Sulsel.
Deputi Kepala Perwakilan BI Sulsel, Wahyu Purnama A, menjelaskan, kerjasama yang dilakukan dengan beberapa negara memberikan keuntungan UMKM untuk ekspor ke luar negeri. Pada kegiatan AMBF X SSIF 2025, komitmen ekspor dari para investor mencapai USD 12 juta atau sekitar Rp228 miliar, tumbuh 110 persen dibanding tahun sebelumnya.
Sebanyak 18 UMKM berhasil menjalin kerja sama dengan 30 buyer dari 17 negara yang data ke Makassar, diantaranya Malaysia, Jepang, China, India, Uni Emirat Arab, Mesir, Australia, hingga Belanda.
“UMKM yang menjalin kerjasama ini salah satunya, Madu Sulawesi yang berhasil MoU dengan negara Hongkong. Nah untuk itu, peningkatan jumlah buyer dan nilai komitmen ekspor menunjukkan kepercayaan global terhadap produk UMKM Sulsel,” ujar Wahyu.
Di sisi investasi, SSIF 2025 berhasil menghimpun 24 Letter of Intent (LoI) dari 23 proyek Investment Project Ready to Offer (IPRO) dengan potensi nilai investasi mencapai Rp8,55 triliun. Jumlah calon investor juga naik menjadi 27, dari sebelumnya hanya sembilan.
BI Sulsel menegaskan bahwa kesuksesan ini tidak lepas dari sinergi berbagai pihak, termasuk perbankan. Bank Mandiri tentunya juga menjadi salah satu institusi yang aktif mendorong pelaku UMKM untuk meningkatkan kualitas produk, literasi finansial, hingga kesiapan ekspor.
Tak hanya itu, program seperti UMKM Rewako milik BI dan kurasi proyek strategis melalui Phinisi Sultan, menjadi pelengkap dukungan sektor keuangan dalam memperkuat ekosistem ekspor dan investasi.
“Saat ini terdapat 152 UMKM Rewako, dan 70 di antaranya sudah mengekspor produk unggulannya,” jelas Wahyu.
Penulis: Gita Oktaviola
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
