“Masyarakat perlu segera diedukasi. Kasus ini muncul di musim kemarau, padahal biasanya kasus leptospirosis ditemukan saat musim hujan akibat genangan banjir,” jelasnya.
Rustam menegaskan bahwa surveilans kesehatan yang dilakukan di Pangkep merupakan bagian dari tugas Balai Labkesmas Makassar untuk mencegah dan mengendalikan penyakit di wilayah regional 8.
Ia juga menyarankan koordinasi lebih lanjut dengan Labkesmas Tier-5 untuk langkah pengendalian yang lebih efektif.
Baca Juga : Gelar Forum Konsultasi Publik, Balai Labkesmas Makassar Bangun Koneksi
Surveilans Sentinel dan Edukasi Masyarakat
Ketua Tim Kerja Surveilans Penyakit, Faktor Risiko Kesehatan, dan KLB Balai Labkesmas Makassar, Yulce Rakkang, SKM, M.Kes, mengungkapkan bahwa Pangkep dapat menjadi lokasi surveilans sentinel pada tahun 2026, mengingat kasus leptospirosis yang terus muncul di daerah tersebut.
“Karena sudah ditemukan kasus, surveilans sentinel di Kabupaten Pangkep bisa kita usulkan untuk perencanaan program tahun depan,” jelasnya.
Baca Juga : Warga Kampus UIN Alauddin Bangun Ekonomi Hijau Lewat Pengabdian Internasional
Dalam diskusi tersebut, Nuralim Ahzan juga mengamati aktivitas budidaya rumput laut yang dilakukan warga Desa Pittue.
“Ada kemungkinan tali yang digunakan untuk budidaya rumput laut terkontaminasi bakteri leptospira dari kencing tikus, yang dapat menular jika petani tidak menjaga kebersihan dan terluka,” terangnya.
Beberapa rekomendasi yang muncul dari diskusi ini antara lain penyimpanan peralatan budidaya rumput laut yang aman dari tikus, penanganan limbah penanaman agar tidak dekat dengan rumah, serta kewajiban mencuci tangan setelah melakukan aktivitas di luar rumah.
Baca Juga : Wakil Bupati Pangkep Sambut Mahasiswa UCM yang KKN di Bulu Cindea
Langkah Pencegahan Leptospirosis
Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, masyarakat diimbau untuk melakukan langkah-langkah berikut:
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
