Logo Harian.news

Dinkes Sulsel Laksanakan Monev Aksi Stop Stunting bersama OPD Terkait di Tiap Lokus Kabupaten Kota

Editor : Andi Awal Tjoheng Kamis, 04 Agustus 2022 21:57
Tenaga Pendamping Gizi saat melakukan pendataan di Makassar (Facebook.com_Hamus Chandra Irwanti)
Tenaga Pendamping Gizi saat melakukan pendataan di Makassar (Facebook.com_Hamus Chandra Irwanti)

HARIANEWS.COM – Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tengah melaksanakan Monitoring dan Evaluasi ( Monev ) tahap pertama setelah dua bulan Tim Pendamping Gizi ditempatkan di masing-masing lokus sejak 14 Mei 2022 lalu.

Hal ini disampaikan Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Andi Nurseha.

“Ini merupakan Monev awal setelah kurang lebih 2 bulan Tim Pendamping Gizi ditempatkan di wilayah lokus,” jelas Andi Nurseha melalui sambungan telepon pada Kamis, 4 Agustus 2022.

Baca Juga : Cegah Kanker Serviks Melalui Vaksin HPV Sejak Dini

Ia mengatakan, kegiatan Monitoring dan Evaluasi ini melibatkan OPD lintas sektor,TGUPP, Tim Pakar Unhas, kepala desa dan camat wilayah setempat. Monev ini akan dilanjutkan dengan turun ke lapangan untuk melihat kondisi riil data yang diperoleh oleh Tim Pendamping Gizi.

Selanjutnya, Andi Nurseha mengatakan, keterlibatan penuh OPD lintas sektor sangat menunjang keberhasilan program pengentasan stunting di wilayah lokus. Ia memberi contoh jika ada keluarga yang tidak memiliki kartu jaminan kesehatan, maka pihaknya bisa melakukan koordinasi bersama Dinas Sosial. Contoh lain adalah soal ketersediaan air bersih dalam wilayah lokus, melalui Monev ini, Dinkes dapat mengomunikasikan dengan dinas terkait untuk ditindaklanjuti.

“Ada determinan yang perlu dibackup misalkan untuk pastikan satu keluarga wajib memiliki kartu jaminan kesehatan, kami harus berkoordinasi di Dinas Sosial, Alhamdulillah teman-teman Dinsos sangat luar biasa care, ketika dikoordinasikan langsung bisa diproses,” jelas Andi Nurseha.

Baca Juga : Lokarya Mini Penurunan Stunting, Camat Wajo Minta Semua Pihak Terlibat

Andi Nurseha menjelaskan, pemilihan 10 lokus dengan angka prevalensi stunting tertinggi didasarkan pada data Elektornik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

“Langkah awal mereka harus lakukan pengumpulan baseline data, selanjutnya dari data EPPGBM, tapi otomatis untuk tahun ini mereka turun untuk mengumpulkan data real di lapangan, selanjutnya dari data real melalui instrument data baru mereka bisa lanjut ke tahap wawancara dan pemeriksaan,” jelas Andi Nurseha.

Baca berita lainnya Harian.news di Google News

Redaksi Harian.news menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: redaksi@harian.news atau Whatsapp 081243114943
Halaman

Follow Social Media Kami

KomentarAnda