HARIAN.NEWS, MAKASSAR – Direktorat Intelkam Polda Sulsel menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Melalui Partisipasi Aktif Masyarakat, Kita Wujudkan Situasi Politik yang Aman dan Kondusif Selama Tahapan Pilkada 2024 Berlangsung”.
FGD tersebut berlangsung di Hotel Gammara, Jalan Metro Tanjung Bunga, Makassar, Rabu (24/7/2024).
Dalam kesempatan ini menghadirkan narasumber akademisi Unhas Prof Armin Arsyad, Pengamat Politik Dr Andi Luhur Prianto, Ketua Bawaslu Sulsel, Mardiana Rusli, Ketua KPU Sulsel Hasbullah.
Ketua KPU Sulsel, Hasbullah mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen menjadi penyelenggara yang berintegritas.
“Kami mengusung tagline ‘Pilkada Untuk Kita’ gunanya untuk mendorong partisipasi pemilih, dengan mendekatkan pilkada kepada semua pihak, bahwa kita semua ada partisipan dari Pilkada Serentak 2024,” ujar Hasbullah.
Sementara untuk distribusi logistik itu kami sangat butuh bantuan pengawalan kepolisian.
Baca Juga : FGD Penyaluran Dana KPPN Sinjai, PJ Bupati Harap Maksimal di Pemanfaatan
“Penetapan calon itu 22 September 2024, syukur jika tidak ada gugatan, untuk kemudian ditetapkan dan dicetak, lalu didistribusikan,” ucapnya.
Distribusi kali ini kata dia sangat padat, karena secara serentak se-Indonesia, di Sulsel sendiri 24 kabupaten/kota.
“Sudah waktunya undang undang partai politik diperbincangkan, karena umurnya sudah 13 tahun,” tuturnya.
Baca Juga : Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan Ajak Masyarakat Bersatu Lawan Korupsi
Ketua Bawaslu Sulsel Mardiana Rusli, mengatakan bahwa dalam menyukseskan pilkada adalah dengan pelibatan partisipasi pengawasan, konteksnya dalam dua hal yakni sebagai pemilih dan sebagai dipilih.
“Kami mengatensi di Sulsel yakni politik dinasti kekerabatan sangat rentan khususnya di Sulsel ini,” kata Mardiana.
Ia juga mengatakan bahwa semua masyarakat adalah pemilik modal dari pilkada, maka sebagai pemilik modal haruslah berpartisipasi, terlibat mengontrol setiap gerak anggaran pilkada.
Baca Juga : Polres Luwu Utara FGD Pencegahan Penyalagunaan Narkoba
“Selain itu kita juga perlu mengawasi berbagai macam model pelanggaran seperti administrasi, etik dan pidana,” kata Mardiana.
Pengamat Politik, Andi Luhur Prianto mengatakan bahwa yang sering muncul di penyelenggara, KPU Bawaslu tidak sekedar penyelenggara biasa, tapi bisa memperdalam demokrasi.
“Netralitas ASN itu sangat susah jika bicara pilkada, sehingga dalam kultur negara modern berlangsung sampai saat ini, kita belum sampai pada semangat reformasi birokrasi, justru yang ada adalah otak atik,” kata Luhur.
Secara umum kata Luhur, Bawaslu tidak bisa mengawasi. Apalagi ASN, yang mana diketahui ASN adalah mesin politik paling realistis saat ini.
“Kemudian masalah politik uang, tapi kita punya formula untuk mengeliminasi hal tersebut,” tambahnya.
Ia menambahkan bahwa semua pihak bisa melihat tokoh-tokoh masyarakat di tingkat desa adalah sentra peredaran politik uang yang sangat rentan saat ini.
Akademisi Unhas Prof Armin Arsyad mengatakan bahwa pilkada adalah kesempatan bagi masyarakat untuk menemukan pemimpin yang baru.
“Dan partai politik adalah yang diberikan kewenangan oleh negara untuk menentukan kandidat, tapi biasanya partai politik mendorong yang paling mampu berbuat baik,” kata Armin.
“PNS, polisi dan tentara itu banyak diajak berpartisipasi dalam pilkada oleh aktor politik tertentu,” kata dia.(*)
Baca berita lainnya Harian.news di Google News