HARIAN.NEWS, GOWA – Di tengah arus modernisasi yang kian deras, Rismawaty Kadir Nyampa, aktivis perempuan Sulawesi Selatan, memilih jalan budaya untuk membangkitkan semangat kebangsaan.
Memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) 2025, ia kembali menghidupkan gaung warisan adat etnik Bugis-Makassar: Lipa Sabbe, sarung tenun sutera yang penuh makna status sosial.
“Lipa Sabbe bukan sekadar kain, ia simbol martabat dan posisi sosial di masyarakat Bugis-Makassar. Di masa lalu, hanya golongan tertentu yang mengenakannya. Kami ingin mengembalikan kebanggaan itu, namun dengan cara yang relevan untuk masa kini,” ujar RKN (sapaannya, red) saat peluncuran koleksi terbaru Lipa Sabbe di Gowa, Rabu (21/5/2025).
Baca Juga : Telkomsel dan Kisah Inspiratif Pelaku UMKM yang Kian Eksis di Era Digital
Menurut Ketua DPC Partai Demokrat Gowa itu, sarung tenun sutera dapat menjadi poros baru kebangkitan ekonomi berbasis budaya.
Lewat program pemberdayaan ibu rumah tangga (IRT), RKN bersama komunitasnya menggelar pelatihan dan pembinaan UMKM yang fokus pada produksi dan pemasaran Lipa Sabbe.
“Kami percaya UMKM berbasis budaya lokal adalah kekuatan ekonomi baru. Apalagi semangat ini sejalan dengan program Pemkab Gowa, Pemprov Sulsel, dan pemerintah pusat untuk memperkuat pelaku usaha mikro,” tegasnya.
Baca Juga : CIMB Niaga Jembatani UMKM La Unti Sukses Rajut Asa hingga Mendunia
Ia pun mengapresiasi dukungan penuh Bupati dan Wakil Bupati Gowa yang dinilai konsisten mendorong geliat UMKM lokal.
Tak hanya itu, Rismawaty juga menegaskan bahwa kini Lipa Sabbe telah memiliki brand yang kuat dan pasar yang jelas.
“Siapa pun yang memakai Lipa Sabbe, maka identitas dan status sosialnya tergambar jelas. Ini bukan hanya kain mahal, tapi warisan kelas,” ungkapnya dengan penuh keyakinan.
Baca Juga : 700 Ribu Perempuan Akar Rumput di Sulawesi Bangkit Lewat Permodalan Amartha
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
