Logo Harian.news

Mengatasi Stres Akademik

Strategi untuk Menjaga Keseimbangan Antara Belajar dan Kesehatan Mental pada Remaja

Editor : Redaksi Senin, 16 September 2024 20:57
Alya Inayah Ramadhani.
Alya Inayah Ramadhani.

Oleh : Alya Inayah Ramadhani
(Siswi MAN 2 Makassar/Penggiat Konseling Remaja)

HARIAN.NEWS – Siapa yang tak mengenal satu kata ini, Stres! Jika secara umum didefinisikan, stres adalah keadaan di mana seseorang merasa tegang, cemas, takut, dan khawatir yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara tuntutan dan kemampuan manusia yang disertai dengan ketegangan emosional dan mempengaruhi kondisi fisik dan psikis seseorang.

Stres juga dapat menimbulkan dampak positif seperti peningkatan kreativitas yang memicu perkembangan diri seseorang, selama stres yang dialami masih dalam batas kapasitas orang tersebut. Tetapi terlalu banyak stres juga tidak baik.

Baca Juga : DM : Loyalitas, Dedikasi, Bungkam Ambisi

Banyak orang saat ini mengalami stres, termasuk remaja. Lebih dari 17 juta remaja di Indonesia mengalami masalah kesehatan mental, dengan 15,5 juta (34,9 persen) mengalami masalah mental dan 2,45 juta (5,5 persen) mengalami gangguan mental.

Menurut hasil survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) yang dilakukan pada tahun 2022 mengukur lebih dari 17 juta remaja di Indonesia antara usia 10 dan 17 tahun mengalami masalah kesehatan mental, dengan 15,5 juta (34,9 persen) mengalami masalah mental dan 2,45 juta (5,5 persen) mengalami gangguan mental. Hanya 2,6 persen dari populasi tersebut yang menggunakan layanan konseling.

Padahal, kegagalan untuk menangani masalah kesehatan mental saat remaja berlanjut hingga dewasa. Tidak perlu jauh-jauh, akibat stres yang dialami pada remaja ini, dapat mengakibatkan berkurangnya minat dalam pembelajaran dan memicu remaja mengalami stres akademik.

Baca Juga : T A B E, Amir Uskara Pimpin Kabupaten Gowa

Stres akademik merupakan hasil tuntutan akademis yang melampaui kemampuan seorang siswa untuk mengatasinya, sehingga menimbulkan stres dan potensi dampak negatif pada kesehatan mental.

Remaja umumnya mengalami stres akademik karena banyaknya tuntutan tugas yang terus menerus menumpuk, tuntutan mengembangkan minat dan bakat melalui kegiatan non-akademis, selain itu, bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan teman sebayanya yang berbeda latarbelakang, juga menjadi stresor bagi remaja yang mengalami stres akademik.

Dampaknya yaitu menurunkan kemampuan akademik yang berpengaruh pada berkurangnya prestasi. Juga beban stres memicu remaja melakukan tindakan negatif sebagai pelarian, seperti meminum minuman alkohol, merokok, tawuran, seks bebas dan penyalahgunaan NAPZA.

Baca Juga : Amir Uskara Ternyata Petarung

Sedangkan dampak positifnya ialah peningkatan kreativitas yang memicu perkembangan diri seseorang, selama stres yang dialami masih dalam batas kapasitas orang tersebut.

Stres akademik dapat memengaruhi dalam berbagai cara, baik fisik maupun emosional. Beberapa gejala fisiknya yaitu, merasa lelah yang berlebih, sakit kepala, masalah pencernaan, insomnia, perubahan nafsu makan dan meningkatnya detak jantung.

Selain itu gejala emosionalnya dapat dilihat dari emosi yang tiba-tiba meledak, konsentrasi yang buruk, perasaan cemas serta takut gagal dan rasa putus asa.

Baca Juga : Husniah Talenrang dalam Pusaran Politik di Gowa

Dengan mengetahui gelaja-gejala orang yang mengalami stres akademik, dapat diketahui strategi agar mengelola stres akademik sehingga diharapkan para remaja dapat menghindari stres akademik dan mengatasinya dengan benar.

Strategi yang pertama adalah perencanaan, buat jadwal belajar yang realistis dengan memprioritaskan tugas berdasarkan deadline dan tingkat kesulitan.

Kedua, manajemen waktu. Mengatur waktu antara belajar dan kegiatan ekstrakulikuler agar tidak terlalu membebani.

Ketiga, teknik relasasi. Seperti melatih pernapasan, yoga atau meditasi mengurangi ketegangan.

Keempat, pola hidup sehat. Tidur yang cukup, olahraga teratur dan konsumsi gadget seperlunya.

Kelima, keseimbangan hidup. Pastikan diri sendiri memiliki waktu untuk bersantai dan melakukan aktivitas di luar belajar untuk kesehatan mental.

Keenam, mencari dukungan. Jangan ragu untuk mencari bantuan dari teman, keluarga, atau konselor akademik jika merasa kewalahan. Terkadang berbicara tentang masalah dapat memberikan perspektif baru dan solusi.

Ketujuh, pengaturan stres. Pelajari teknik pengaturan stres seperti Kognitif Behavorial Therapy (CBT) untuk mengelola pola pikir negatif menjadi lebih positif.

Dibutuhkannya juga peran dari guru dan orang tua di sekitar. Seperti bimbingan konselor, komunikasi terbuka memberikan umpan balik sehingga remaja merasa didukung, mengatur kegiatan hiburan, memberikan informasi kepada orang tua tentang cara mendukung anak-anak mereka dan menyediakan sumber daya tambahan buku dan materi tambahan juga sesi tambahan untuk siswa yang membutuhkan bantuan ekstra.

Dan menjadi catatan penting bagi remaja, sebagai kiat agar tidak mengalami stres akademik, maka perlu menghadirkan iklim bersahabat bagi pendidikan serta lingkungan yang mendukung pengembangan dirinya.

Karena gejala stres dapat diminimalisir lebih awal.

KPU

Baca berita lainnya Harian.news di Google News

Redaksi Harian.news menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: redaksi@harian.news atau Whatsapp 081243114943

Follow Social Media Kami

KomentarAnda