Logo Harian.news

Muhammadiyah Sebut Tahun ini Sidang Isbat Idul Fitri Tidak Perlu Digelar

Editor : Rasdianah Senin, 04 Maret 2024 11:27
SIdang isbat penetapan Idul Fitri 2023 lalu. Foto: ist
SIdang isbat penetapan Idul Fitri 2023 lalu. Foto: ist

HARIAN.NEWS, JAKARTA – Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan awal puasa 1 Ramadan 1445 H jatuh pada hari Senin, 11 Maret 2024 dan Idul Fitri 1 Syawal 1445 H jatuh pada Rabu, 10 April 2024.

Awal puasa Muhammadiyah diprediksi akan berbeda dengan penetapan pemerintah, sebab diketahui Kemenag baru akan mengadakan sidang isbat menentukan awal Ramadan pada 10 Maret. Namun, Idul Fitri akan sama.

Karena itu, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengusulkan agar sidang isbat penetapan Idul Fitri nanti tidak perlu digelar.

Baca Juga : DLH Gowa Apresiasi Policy Brief Eco Bhinneka Muhammadiyah Sulsel

“Insya Allah Idul Fitri akan bareng. Posisi hilal saat akhir Ramadan sudah di atas 8 derajat. Dengan posisi seperti itu, hilal sudah bisa dilihat jelas. Jadi tidak perlu sidang isbat, sehingga bisa hemat anggaran,” kata Abdul Mu’ti saat menyampaikan ceramah dalam acara Tarhib Ramadan dan Milad ke-3 Masjid Al Birru di Desa Mindahan Kidul, Batealit, Jepara, dikutip harian.news dari kumparan, Senin (4/3/2024).

Selama ini, penetapan Idul Fitri antara metode hisab dan ru’yah lebih sering menghasilkan perbedaan. Muhammadiyah lebih cenderung melakukan hisab haqiqi, sementara pemerintah menggunakan ru’yatul hilal (melihat hilal dengan mata telanjang).

“Kalau posisi hilal di atas 8 derajat, pasti semua ormas Islam akan sama dalam menentukan Idul Fitri,” kata dia.

Baca Juga : Bupati Husniah Apresiasi Program Pembangunan Masjid dan Tapak Suci Muhammadiyah

Dalam sejarahnya, penetapan Idul Fitri sangat dinamis. Dulu pernah dinyatakan bahwa posisi hilal akan bisa dilihat dengan mata telanjang kalau di atas 2 derajat. Namun, ketentuan itu diubah menjadi di atas 4 derajat, bahkan yang terbaru di atas 6 derajat.

“Kalau ditetapkan hilal bisa dilihat di atas 4 derajat atau 6 derajat, maka akan lebih banyak perbedaannya. Nah tahun ini, di akhir Ramadan, posisi hilal sudah di atas 8 derajat, jadi harusnya hilal sudah bisa dilihat, tidak perlu sidang isbat,” jelas guru besar UIN Syarief Hidayatullah.

Mu’ti yang humoris ini berkelakar sebenarnya Muhammadiyah lebih suka apabila yang lebih dulu itu Idul Fitri, bukan awal puasa.

Baca Juga : Muhammadiyah Tetapkan Iduladha 6 Juni 2025, Pemerintah Kapan?

“Biasanya kita lebih senang kalau Idul Fitri yang lebih dulu. Mengapa? Karena yang salat Idul Fitri akan lebih banyak. Tapi, kali ini yang lebih dulu adalah puasa. Coba cek nanti, yang ikut salah tarawih banyak gak? Kalau yang ikut tarawih sedikit, berarti warga Muhammadiyah tidak taat terhadap keputusan Majelis Tarjih,” kata dia sambil tertawa.

Baca berita lainnya Harian.news di Google News

Redaksi Harian.news menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: [email protected]

Follow Social Media Kami

KomentarAnda