HARIAN.NEWS, JAKARTA – Sebuah tonggak baru dalam sejarah pengawasan obat nasional kembali ditorehkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). Di bawah kepemimpinan Prof. Dr. Taruna Ikrar, M.Biomed., Ph.D., BPOM Indonesia secara resmi menyatakan kesiapan untuk berpartisipasi dalam uji klinis global pengembangan obat baru yang akan melibatkan berbagai lembaga regulator internasional dan institusi riset terkemuka dunia.
Langkah ini menandai peningkatan signifikan posisi Indonesia di panggung ilmiah global, sekaligus menunjukkan kepercayaan internasional terhadap kapasitas ilmiah dan integritas sistem pengawasan obat nasional.
“Partisipasi BPOM dalam uji klinis global bukan hanya tentang riset, tetapi tentang kehadiran Indonesia dalam ekosistem inovasi kesehatan dunia. Kita tidak lagi menjadi penonton, tetapi ikut menjadi bagian dari penentu arah pengembangan obat masa depan,” ujar Prof. Taruna Ikrar dalam pernyataan resminya di Jakarta.
Dengan populasi penduduk Indonesia sekitar 280 juta jiwa, negeri ini memiliki potensi besar sebagai basis data klinis dan populasi uji yang representatif secara global.
BPOM mencatat hingga saat ini terdapat 157 lokasi uji klinik tersebar di seluruh Indonesia, 1.474 uji klinik yang telah dilaksanakan sejak tahun 2019 hingga sekarang, serta 134 inspeksi GCP (Good Clinical Practice) untuk menjamin mutu, keamanan, dan integritas pelaksanaan uji klinik.
Capaian ini menunjukkan kesiapan Indonesia dalam menghadapi tantangan riset global dan menjamin bahwa seluruh proses penelitian obat di Indonesia dilaksanakan sesuai standar etik dan ilmiah internasional.
Baca Juga : 15-16 November 2025, BPOM Gelar Gebyar “ABG” Guna Dorong Inovasi Nasional
BPOM juga bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian Kesehatan, Asosiasi Peneliti Klinis Indonesia (APKI), dan berbagai universitas unggulan dalam memperkuat kapasitas nasional di bidang penelitian klinis.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap obat yang kelak digunakan oleh masyarakat dunia, juga telah melewati proses evaluasi yang transparan, berbasis bukti ilmiah, dan sesuai standar etik internasional,” tambah Prof. Taruna Ikrar.
Inisiatif ini sejalan dengan misi diplomasi sains yang terus dikedepankan oleh BPOM di bawah kepemimpinan Taruna Ikrar memperkuat jejaring dengan lembaga global seperti U.S. Food and Drug Administration (FDA), European Medicines Agency (EMA), World Health Organization (WHO), serta Asia-Pacific Self Medication Industry (APSMI).
Kolaborasi ini membuka peluang besar bagi peneliti dan industri farmasi nasional untuk ikut serta dalam pengembangan produk obat inovatif, termasuk terapi gen, imunoterapi, dan sediaan berbasis bioteknologi.
Partisipasi BPOM dalam uji klinis global diharapkan menjadi katalis bagi kemandirian riset dan kedaulatan kesehatan nasional.
Indonesia tidak hanya menjadi pasar bagi obat-obatan impor, tetapi juga berperan aktif dalam menciptakan solusi terapeutik yang relevan dengan kondisi genetik, lingkungan, dan kebutuhan masyarakat Indonesia.
Baca Juga : Mengenal Lebih Dekat Sosok Kepala BPOM Taruna Ikrar
“Kita ingin dunia tahu bahwa ilmuwan dan regulator Indonesia mampu berdiri sejajar dengan negara maju dalam memastikan masa depan kesehatan yang lebih baik,” tegas Taruna Ikrar dengan optimistis.
Langkah strategis ini menjadi bagian dari visi besar BPOM Menjulang, Membumi, dan Mengakar menjulang dalam keilmuan, membumi dalam pelayanan publik, dan mengakar dalam pengabdian bangsa.
Partisipasi BPOM dalam uji klinis global merupakan bukti nyata bahwa Indonesia siap menjadi pemain utama dalam ekosistem kesehatan dunia, sekaligus berkontribusi pada pencapaian Indonesia Emas 2045 melalui inovasi, kolaborasi, dan integritas.
Baca berita lainnya Harian.news di Google News
